Oransbari, TABURAPOS.CO – Guna mengantisipasi terjadinya banjir saat musim penghujan tiba, Wakil Bupati Manokwari Selatan, Wempi Welly Rengkung, bergerak cepat melakukan normalisasi Kali Muari, yang terletak di Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan (Mansel), Jumat (12/5).
Langkah ini ditempuh setelah Wakil Bupati Mansel, Wempi Rengkung, bersama Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Papua Barat, Derek Ampnir, dan Kabid Cipta Karya pada Dinas PUPR Kabupaten Mansel, John Erick Paiki, meninjau langsung kondisi Kali Muari, pasca hujan deras yang terjadi sejak akhir bulan Desember 2022 silam.
Yang mana, hasil peninjuan di lapangan menunjukan telah terjadinya perubahan aliran air Kali Muari dari satu aliran menjadi tiga aliran air, yeng telah menyebabkan terjadinya longsor disepanjang tebing Kali Muari.
“Kondisi ini kalau tidak segera kita atasi bisa berakibat fatal, perubahan aliran air bisa menyebabkan jembatan Muari ambruk karena tiang peyangga jembatan yang duduk di dekat aliran air. Lebih parah lagi saat hujan turun, air akan mengalir semakin deras dan bisa menyebabkan banjir di perkampungan warga yang tinggal sekitar bantaran Kali Muari,” ucap Rengkung disela-sela peninjauan Kali Muari, siang tadi.
Menurur dia, Pemkab Mansel telah menyurati Pemprov Papua Barat dengan tembusan Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Papua Barat, guna mengambil langkah penanganan mengantisipasi bahaya banjir saat musim penghujan tiba.
Setidaknya, pihak yang bersangkutan bisa memasang bronjong disepejangan bantaran kali dan melakukan normalisasi lebih lanjut.
Pasalnya, sebagai wujud perhatian dan kepedulian, Pemkab Mansel telah malaksanakan langkah penanggulangan darurat dengan melakukan normalisasi aliran air Kali Muari, guna meminimalisir dampak yang lebih besar akibat banjir dari Kali Muari, untuk mengantisipasi meluapnya air di pemukiman warga dan ambruknya jembatan Muari.

Rengkung pun menegaskan, BWS Provinsi Papua Barat jangan hanya selalu menunggu laporan dari Pemerintah Daerah terkait kondisi sungai yang dapat terdampak terhadap bencana alam jika sewaktu-waktu terjadi musim pancaroba atau perubahan Iklim tetapi justru lamban dalam penanganan.
“Banyangkan saja kalau aliran air sudah mengikis tebing kali tetapi kita biarkan, bisa berakibat fatal, pengikisan lapisan tanah oleh air secara terus-menerus bisa menyebabkan Jembatan Muari roboh, kalau jembatan sudah roboh pasti akses transpotasi di jalur trans Papua Barat ini terhenti, perekonomian lumpuh, mau tidak mau mobil harus kembali lewat air, apa kita mau kondisi ini terjadi,” tekan dia.
Orang nomor dua di jajaran Pemkab Mansel ini menyatakan, pasca kegiatan normalisasi nanti, dia akan meminta Dinas terkait melakukn pengawasan secara ketat terhadap aktivitas di sepanjang bantaran Kali Muari, guna mengantisipasi adanya kegiatan penggalian dan pengambilan material batu dan pasir yang menyebabkan perubahan aliran air dan timbulnya longsor pada tebing Kali Muari.
Dirinya pun kembali mengingatkan, supaya stakeholders terkait segera bertindak melakukan normalisasi lanjutan Kali Muari sebelum banjir menyebabkan Jembatan Muari roboh.
Karena Jembatan Muari merupakan akses utama di Kabupaten Mansel dan juga akses pendukung jalur penghubung trans Papua Barat.
Sementara itu, Kepala BPBD Provinsi Provinsi Papua Barat, Derek Ampnir mengaku, sudah berkoordinasi dengan Wakil Bupati Mansel, Wempi Rengkung, untuk mengambil langkah awal, percepatan penanganan darurat terhadap kondisi Kali Muari.
Menurut Ampnir, berdasarkan hasil kajiaan yang dia lakukan dapat diketahui bahwa tindakan pengambilan material batu dan pasir dari Kali Muari yang menyebabkan terjadinya perubahan alur aliran air sungai menjadi lebih banyak, sehingga berdampak pada pengikisan tanah yang menimbulkan longsornya tebing Kali Muari.
“Data kami mencatat bahwa ini kejadian alam yang ke-6 kalinya di Kali Muari, karena dari rentetan kejadian sebelumnya hanya dilakukan penanganan awal normalisasi aliran air tetapi karena belum ada penanganan lebih lanjut dari BWS menyebabkan kondisi itu berulang,” ucap Ampnir.
Dia pun mengakui, perubahan aliran air Kali Muari juga menyebabkan pengikisan tanah pada tiang peyangga Jembatan Muari, yang jika di biarkan maka bisa menimbulkan insiden lebih besar yakni ambruknya jembatan dan terendamnya pemukiman warga di sekitar bantaran Kali Muari akibat meluapnya air karena debit air yang semakin besar saat musim hujan.
Untuk mengantisipasi bencana itu, perlu dilakukanya pengerasan tebing Kali Muari dan normalisasi aliran air. Hal itu bersifat urgen dan wajib dilkukan dalam kurun waktu yang cepat, sebelum terjadinya dampak yang besar yang dapat menghambat semua sektor dan akses di daerah.
“Hasil kajian hari ini akan kita laporkan ke Penjabat Gubernur, sehingga bisa memerintahkan pihak terkait melakukan langkah penanganan terhadap kondisi Kali Muari, sebelum terjadinya bencana alam,” tukas Ampnir. [BOM-R4]