Manokwari,TABURAPOS.CO – Ariance Bisai dan suaminya, terpaksa meninggalkan pekerjaan dan kegiatan demi menemani sang buah hati, YB (17 tahun) yang sedang menjalani pendampingan di Rumah Aman UPTD PPA Kabupaten Manokwari.
Menurut Ariance, anak itu terpaksa menjalani pendampingan di Rumah Aman sejak 5 bulan terakhir, setelah mengalami gangguan mental akibat penyalahgunaan narkoba jenis Ganja. Dirinya pun sangat berharap, sang buah hatinya itu bisa sembuh.
Airiance yang kesehariannya membantu menyuplai bahan makanan dari Manokwari ke Teminabuan, mengaku sempat kebingungan, karena masih ada 2 anaknya yang belum berkeluarga dan membutuhkan perhatian.
Namun, ia dan suami yang membantu pelayanan di tempat ibadah, akhirnya memutuskan untuk menemani sang anak, karena rasa cinta dan kasih sayang.
Dirinya juga tidak bisa berbuat banyak, karena selama menemani proses pendampingan, anaknya belum bisa dirujuk ke Jayapura, Provinsi Papua agar menjalani proses rehabilitasi.
Mereka terkendala dana yang cukup besar dan hanya berharap ada bantuan pemerintah, tetapi sampai sekarang tidak diberikan meski sudah beberapa kali mengajukan permohonan bantuan. “Masih menunggu sampai sekarang,” katanya kepada Tabura Pos di Rumah Aman, Kamis (11/5).
Ia mengisahkan, semasa kecil, anaknya berinisial YB ini merupakan anak yang baik. Setelah tamat dari bangku SD di Teminabuan, masuk kelas 2 SMP sampai SMK, YB tinggal bersama sang kakak di Manokwari.
Akibat pergaulan itulah, sambung Ariance Bisai, anaknya seringkali dipukul dan diajak melakukan perbuatan yang bisa mengganggu kenyamanan orang lain. “Selama di Manokwari baru begitu, mungkin pengaruh dari teman-temannya,” kata Ariance Bisai.
Diakuinya, meski masih diliputi perasaan kecewa dan takut, tetapi ia memilih untuk mengurus anaknya, karena diyakini masih bisa sembuh.
Untuk itulah, ia berharap ada bantuan dana dari pemerintah agar anaknya bisa menjalani pengobatan, kemudian melanjutkan pendidikan, sehingga kelak bisa meraih cita-citanya dan berguna.
“Saya percaya Tuhan pasti buka jalan untuk kami. Saya sangat berharap bantuan agar bisa dikirim ke Jayapura. Kalau dia kambuh, dia sering mengamuk dan memukuli orang. Jadi, saya takut dia jadi beban orang lain,” katanya.
Sementara itu, staf UPTD PPA Kabupaten Manokwari, Regina A. Rumayomi mengatakan, untuk menyembuhkan YB, maka dia harus segera dikirim ke Jayapura untuk mendapatkan terapi dan rehabilitasi, karena di Manokwari belum ada tempat rehabilitasi.
Dia mengakui bahwa untuk menjalani terapi dan rehabilitasi, termausk biaya pengiriman YB cukup besar, sedangkan keluarga, orangtua, dan UPTD PPA tidak mempunyai anggaran.
“Dia sebenarnya bisa sembuh jika segera terapi, tapi kembali lagi, tidak ada anggaran. Sampai saat ini juga masih tunggu bantuan pemerintah. Selama di sini, ya kalau ada kebutuhan, saya kadang bantu untuk makan dan proses pendampingan,” kata Regina Rumayomi. [AND-R1]