Manokwari, TABURAPOS.CO – Terdapat 4 kejadian menonjol di wilayah Papua Barat yang membutuhkan perhatian bersama, karena berdasarkan hasil evaluasi setiap bulan, keempat kejadian ini terus meningkat.
Kapolda Papua Barat, Irjen Pol. Daniel T.M. Silitonga merincikan, urutan pertama terkait kejahatan dalam rumah tangga, baik penganiayaan yang dilakukan terhadap istri atau sebaliknya, suami menganiaya istri.
Diutarakannya, dalam 3 kasus terakhir, terjadi 3 kasus penganiayaan atau penikaman yang dilakukan seorang istri, sehingga suaminya sebagai korban meninggal dunia. Di samping itu, katanya, dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga, terdapat juga kasus penelantaran terhadap istri dan anak.
Dirincikan Silitonga, berdasarkan kasus yang ditangani Polda Papua Barat sepanjang Januari-Juni 2023, tercatat 186 kasus kekerasan dalam rumah tangga.
“Ini yang dilaporkan dan kemungkinan yang tidak kelihatan itu bisa banyak lagi, mungkin 10 kali lipat,” kata Kapolda dalam acara coffee morning bersama unsur forkopimda di Kantor Gubernur Papua Barat, Arfai, Manokwari, Rabu (9/8).
Dijelaskannya, secara teori, apabila kejahatan ini tinggi, berarti lembaga sosial harus lebih banyak berpartisipasi, baik lembaga agama, sekolah, dan sebagainya, harus berperan aktif memberi pelajaran terhadap masyarakat melalui masing-masing bidang agar kejahatan ini menurun.
“Kalau misalkan selama 6 bulan ini kasusnya ada 186 kasus, saya tidak tahu lagi, mungkin bulan Desember bisa 2 kali lipat. Itu yang ketahuan, yang tidak ketahuan, mungkin bisa sampai ribuan,” jelas Kapolda.
Kedua, sambung dia, kejahatan berupa kekerasan, pencurian, pembunuhan, dan perkelahian. Periode Januari – Juli 2023, kasus yang ditangani sebanyak 162 kasus.
Menurutnya, angka ini cukup tinggi dan menunjukkan bahwa penyelesaian masalah di Papua Barat dengan kekerasan masih cukup banyak. “Padahal, dari dulu kita percaya, kekerasan tidak menyelesaikan masalah, meski kalau kadang tidak keras, tidak menyelesaikan juga,” ujar Silitonga.
Ketiga, lanjut dia, kejadian menonjol adalah unjuk rasa dan pemalangan. Kapolda mengatakan, pemalangan menyebabkan banyak keputusan dan masalah krusial yang menyebabkan aparat kepolisian dan TNI menjadi sibuk.
“Siapa yang buat keputusan, kami yang sibuk, lalu ada yang tidak beres pembayaran, jalan yang dipalang,” ujar Kapolda.
Menurut Silitonga, ini harus menjadi perhatian dan semua pihak harus menyikapinya secara serius, karena akan menyebabkan perekonomian dan kehidupan menjadi terganggu.
Ia mengakui, unjuk rasa dan pemalangan pada periode Januari – Juli 2023, memang tidak terlalu besar, tetapi ini harus menjadi perhatian, karena beberapa kali Polri dan TNI terpaksa turun untuk menyelesaikan masalah yang ada tanpa proses adat.
“Bahkan, ada anggota saya yang korban. Orang lain yang tidak bayar, kita yang kena panah. Angkanya selama 6 bulan hampir mencapai 400 kali di seluruh Papua Parat. Ini termasuk kejadian unjuk rasa dan pemalangan kecil-kecil hampir terjadi setiap hari di Papua Barat,” sesal Kapolda.
Dia berharap semua pihak waspada dengan pemalangan, karena setelah dipelajari, pemalangan ini bukan budaya Papua, tetapi ada kejadian pemalangan dengan modus mencari keuntungan tertentu, sehingga beberapa orang terpaksa diamankan dan dilakukan penyidikan.
“Saya harap apabila kantornya diunjuk rasa, jangan membiarkan mereka tidak diajak diskusi, karena itu bisa memakan waktu lama. Lama-lama polisi yang ada menjadi ngawur menyampaikan informasi yang tidak tepat ke pengunjuk rasa jika pihak kantor tak menyampaikan informasi. Saya ajak, mari kita konsen untuk hal ini,” katanya.
Keempat, kata dia, adalah kasus kecelakaan lalu lintas. Menurut Kapolda, angka kecelakaan lalu lintas terus meningkat. Pada 2022, ada banyak 115 orang meninggal dunia, sedangkan periode Januari – Juli 2023, tercatat 39 orang meninggal akibat kecelakaan. Ironisnya, lanjut dia, hampir setiap korban kecelakaan adalah anak muda atau usia produktif.
“Penembakan yang dilakukan KKB saja meninggal 6 orang, tapi kecelakaan lalu lintas satu tahun 115 orang. Itu saya belum hitung yang luka berat, ada sekitar 300 orang,” rincinya.
Dia berharap kecelakaan lalu lintas menjadi perhatian bersama, bagaimana melakukan pengawasan terhadap anaknya, mengingat banyak anak di bawah umur, khususnya pelajar membawa kendaraan sendiri.
“Mari kita perhatikan keempat kejadian ini. Keamanan dan ketertiban menjadi fokus kita semua, karena tanpa keamanan dan ketertiban, maka pembangunan dan investasi menjadi terhambat,” tandas Silitonga. [AND-R1]