Ransiki, TP – Musyawarah Adat IV Suku Besar Arfak Provinsi Papua Barat dengan Tema ‘Bersatu kita menjaga eksistensi kemandirian Suku Besar Arfak di Provinsi Papua Barat, tengah berlangsung di Distrik Ransiki, Kabupaten Mansel, Rabu (23/8) hingga, Kamis (24/8) hari ini.
Musyawarah Adat IV Suku Besar Arfak, didukung sepenuhnya oleh Tiga Kepala Suku Besar Arfak yakni drs. Dominggus Mandacan selaku Kepala Suku Besar Arfak keturunan Lodewijk Mandacan, Kepala Suku Besar Arfak, Keliopas Meidodga Keturunan Irogi Meidodga dan Kepala Suku Besar Arfak, Drs. Nathaniel D. Mandacan keturunan Barends Mandacan.

Deretan pejabat Pemerintahan turut mengambil bagian dalam Musyawarah Adat IV Suku Besar Arfak. Diantaranya, Penjabat Gubernur Papua Barat, Komjen Pol. (Purn) Paulus Waterpauw, Kajati Papua Barat, Dr. Harly Siregar, SH. MH,.
Kemudian Bupati Pegunungan Arfak (Pegaf), Yosias Saroy, SH. MH,. Bupati Manokwari, Hermus Indou, S.IP, MH,. Bupati Teluk Bintuni, Ir. Petrus Kasihiw, MT, dan Bupati Mansel, Markus Waran, ST. M.Si, yang juga selaku Ketua Dewan Adat Daerah (DAD) Manokwari Selatan.

Momen bersejarah Suku Besar Arfak ini juga dihadiri langsung Ketua Dewan Adat Papua (DAP), Mananwir Yan Piet Yarangga, serta sejumlah Ketua Dewan Adat, Kepala-kepala Suku asli Papua dan Kepala-kepala Suku Nusantara serta tokoh masyarakat, tokoh perempuan, tokoh pemuda dan ribuan masyarakat Suku Besar Arfak di Wilayah Arfak Raya.
Kedatangan tamu kehormatan pada Musyawarah Adat IV Suku Besar Arfak di Kabupaten Mansel disambut dengan pemberian Mahkota Bulu Kasuari, pengalungan noken dan kalung manik-manik, penyerahan api obor, sambutan Tarian Tumbuk Tanah yang dibawakan masyarakat Arfak dan Tari Wor oleh Sanggar Tari Byak Numfor.

Penjabat Gubernur Papua Barat, Komjen Pol. (Purn) Paulus Waterpauw, dalam sambutannya mengatakan, Pemprov Papua Barat menyambut baik Musdat IV Suku Besar Arfak sebagai bentuk dalam menjaga tatanan adat dan budaya serta menjaga eksistensi kemandirian hidup Suku Besar Arfak di Tanah Papua secara umum dan secara khusus di Provinsi Papua Barat.

Waterpauw mengungkapkan, Suku Arfak merupakan salah satu Suku terbesar di Tanah Papua yang hidup di kepala burung dalam peta Papua, yang terbagi dalam tujuh sub-Suku dengan beragam bahasa.
Waterpauw meminta, Musdat IV Suku Besar Arfak ini dapat dijadikan sebagai forum mengevaluasi diri, membangun konsolidasi pembangunan dan interaksi sosial, rekonsiliasi serta wahana komunikasi dalam melahirkan program kerja dengan tetap mempertahatikan Adat dan budaya dan terus dapat mendukung Pemerintah Daerah dalam percepatan pembangunan di Provinsi Papua Barat.
Musdat IV Suku Besar Arfak diharapkan dapat menghasilkan ide dan gagasan baru yang bersama-sama Pemerintah membangun Provinsi Papua Barat yang dicintai.
Dirinya menghimbau, semua pihak untuk menghentikan dan meninggalkan budaya palang-memalang karena tindakan seperti itu mengganggu kenyamanan orang lain dan dapat mengakibatkan investor menjadi takut untuk berinvestasi di Papua Barat.

Sebaliknya, jika ada masalah datanglah dan berkomunikasi dengan Pemerintah untuk dicarikan solusi yang baik.
Ketua Dewan Adat Papua (DAP), Mananwir Yan Piet Yarangga mengatakan, Musdat IV Suku Besar Arfak merupakan forum kedaulatan tertinggi masyarakat Papua di Tingkat Suku.
Menurut dia, masyarakat kesatuan hukum Adat Arfak harus mengetahui, bahwa Papua memiliki masa lalu, Papua adalah bagian dari Ciptaan Tuhan semesta alam sejak kejadian beribu-ribu tahun silam sampai dengan hari ini yang juga memiliki history masa peradaban yang sangat mempengaruhi eksistensi Papua dari masa lalu sampai sekarang.

“Papua bagian dari Indonesia dan Papua bagian dari dunia, karena Papua adalah Negeri yang menjadi rebutan bangsa-bangsa di dunia karena kaya raya, bagaikan wanita yang merangsang hawa nafsu negara sekuler untuk melirik Papua sampai saat ini,” ujar Yarangga.
Sekaitan dengan Musdat IV Suku Besar Arfak, dia meminta, harus bisa merumuskan pandangan yang visioner untuk mengangkat masa depan Papua.
Sebab, kelak Bangsa Papua akan bangkit dan memimpin diri sendiri. Hal ini terbukti karena secara fakta masyarakat Adat Arfak telah menyumbangkan putra-putra terbaik untuk mendedikasikan diri dalam kedudukan Pemerintahan sebagai Gubernur dan sebagai Bupati di Provinsi Papua Barat.
Untuk itu, manusia, tanah dan sumber daya alam Papua khususnya di atas tanah Arfak harus diselamatkan.
Yarangga membeberkan, berdasarkan keputusan Musdat IV Dewan Adat Papua (DAP) di Kabupaten Kaimana tahun 2021, DAP menyatakan orang Papua yang masuk dalam kancah percaturan pemilu 2024, wajib meminta restu kepada tua-tua Adat di masing-masing SukuSuku.

Untuk itu, dia meminta kepeda Kepala Suku Besar Arfak, Dominggus Mandacan, agar segera mempersiapkan diri untuk maju dalam percaturan pemilu 2024.
“Generasi muda Arfak di Tanah Papua adalah agen perubahan untuk menentukan nasib sendiri bagi masyarakat Papua,” pungkas dia.
Kepala Suku Besar Arfak, Dominggus Mandacan mengatakan, sebelum mengenal Agama, orang Arfak terlebih dahulu hidup dalam kegelapan dunia dan berpegang teguh pada Adat-Istiadat, tetapi kemudian datang Zendeling Ottow-Geisler dibawa pelaut Maluku yang pertama kali menginjakan kaki di Pulau Mansinan, yang kemudian menyebarkan Injil dan membawa terang bagi orang Arfak.

Ia menceritakan, Tanah Arfak sebelumnya dipimipin oleh Tiga Kepala Suku Besar Arfak yakni Lodewijk Mandacan, Barends Mandacan dan Irogi Meidodga.
Ketiga tokoh memiliki peran yang sangat besar yakni menyatukan semua orang Arfak, membawa perubahan dalam tatanan hidup dan merubah orang Arfak dari yang tidak sekolah menjadi sekolah dan menjadi pemimpin di masa lalu dan masa sekarang. Ketiga Tokoh Besar Arfak ini juga memiliki andil dalam membawa masyarakat Arfak keluar dari Gunung untuk tinggal di lembah-lembah dan pesisir.
Lodewijk Mandacan, Barends Mandacan dan Irogi Meidodga juga memiliki jasa yang besar pada masa Pemerintahan Belanda di Papua yaitu melawan sekutu Jepang dan memilih untuk menjadi bagian dari NKRI.

Menurut dia, dalam Musdat IV Suku Besar Arfak ini peran dari ketiga Tokoh Besar Arfak harus dibicarakan untuk dirumuskan dalam sebuah buku, sehingga menjadi catatan sejarah untuk dipelajari generasi muda Arfak di masa yang akan datang. Karena itulah harkat, martabat dan jati diri orang Arfak.
Dirinya meminta, dalam Musdat IV Suku Besar Arfak ini agenda pertama yang harus dibawa kiranya dapat menyatukan seluruh keluarga besar Arfak dan menopang Suku-suku Nusantara yang di hidup di atas Tanah Arfak.
“Walaupun Bangsa lain punya kepandaian dan kepintaran tetapi tidak akan bisa membangun Bangsa ini, artinya tidak ada suku lain yang bisa membangun orang Arfak, kecuali orang Arfak yang bisa membangun Tanah dan daerahnya sendiri. Orang Arfak harus bangkit dan menjadi pemimpin di atas tanahnya sendiri,” ucap Mandacan.
Dia pun menitipkan, supaya dalam Musdat IV Suku Besar Arfak ini tidak lupa untuk merancang dan membentuk Lembaga Adat Suku Arfak atau Ikatan Suku Besar Arfak atau Dewan Adat Suku Besar Arfak.
Pesta demokrasi pemilu 2024 juga perlu mendapat perhatian penting dalam forum Musdat sehingga dukungan sepenuhnya dapat diberikan kepada anak-anak Arfak yang ingin maju dalam pileg, pilkada dan pilgub 2024 mendatang.

Bupati Mansel, Markus Waran menyampaikan, selamat datang bagi seluruh tamu kehormatan Musdat IV Suku Besar Arfak di Kabupaten Mansel yang dijuluki sebagai kabupaten segitiga emas tetapi emasnya belum digali karena masih terpendam.
Melalui Musdat IV Suku Besar Arfak ini, kiranya emas yang terpendam di dalam tanah dibawah kaki Gunung Arfak ini akan digali dan memberikan mata air bagi Suku Besar Arfak di atas tanahnya sendiri.
Waran juga berharap, melalui Musdat IV Suku Besar Arfak dapat melahirkan SDM dan politisasi handal untuk mewujudnyatakan apa yang menjadi keinginan bagi semua orang Arfak di atas tanahnya sendiri, supaya orang Arfak lebih banyak lagi berkecimpung dalam pembangunan, perekonomian, politik, sosial dan budaya. [BOM-R3]