Manokwari, TABURAPOS.CO – Mama-mama Papua dari perwakilan organisasi perempuan dan gereja mengikuti pelatihan membatik di Kantor Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Manokwari, Kamis (21/9/2023).
Kegiatan yang diselenggarakan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Anak, dan KB Kabupaten Manokwari ini, para peserta pelatihan didampingi Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia, Dr. H. Komarudin Kudiya.
Menurut Kepala Bidang Kualitas Hidup Perempuan, Dinas Perlindungan Perempuan, Anak dan KB Kabupaten Manokwari, Sherly Paga, kegiatan yang dilaksanakan sejak Rabu, 20 September 2023 ini, bertujuan memberdayakan mama-mama Papua.
Diutarakannya, kegiatan membatik diangkat, karena selama ini masyarakat hanya tahu memakai pakaian batik, tetapi belum tahu cara pembuatannya.
Untuk itu, Sherly Paga berharap, melalui kegiatan ini, mama-mama Papua, tidak sekedar mengetahui cara membuat, tapi bisa terus ditindaklanjuti dan menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi.

“Pakaian batik Papua dijadikan sebagai seragam organisasi, tapi selama ini, kita hanya tahu memakai, belum tahu cara membuat. Hari ini, kita ingin buat itu sendiri,” klaim Sherly Paga kepada Tabura Pos di Kantor UPTD PPA Kabupaten Manokwari, Kamis (21/9/2023).
Sementara Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia, Dr. H. Komarudin Kudiya menjelaskan, pelatihan membatik ini memiliki manfaat.
Dijelaskannya, kegiatan membatik bukan sesuatu hal yang sulit, karena itu sudah warisan tradisi Bangsa Indonesia yang mudah dilakukan masyarakat setempat, tetapi yang membedakan hanya ragam hiasnya.
“Bedanya kalau di Papua ini ada Tifa, kemudian ada Rumah Kaki Seribu, ada burung Cenderawasih, dan ada banyak lagi,” ungkapnya.
Ia menerangkan, batik sama halnya dengan tari-tarian dan musik yang bisa mengangkat citra daerah dan budaya, karena di dalamnya mengandung unsur kearifan lokal.
“Paling menarik dari kegiatan membatik, karena bisa bernilai ekonomi yang cukup bagus dan meningkatkan pariwisata,” tuturnya.
Ditambahkannya, pelatihan membatik untuk mama-mama Papua, diajarkan banyak hal, mulai dari proses menggambar, membuat sketsa, mencanting, melilin, mewarna, dan lain sebagainya.

Di samping itu, sambung dia, para peserta juga diajarkan bahwa dalam kegiatan membatik harus sesuai standar SNI, syaratnya harus memakai lilin panas tanpa memakai lilin panas, maka tidak boleh disebut batik, tapi hanya tiruan batik, tekstil bercorak atau printing batik.
“Begitu juga saat mewarnai. Dalam mewarnai, bahan yang dipakai adalah pewarna alami, karena ramah lingkungan dan ukuran pewarna yang dipakai harus sesuai melalui proses penimbangan,” jelas Kudiya.
Diutarakannya, dalam kegiatan membatik juga harus memperhatikan sistem pengolahan limbah, tapi jika hanya dalam jumlah kecil, tidak masalah.
Tidak kalah penting, yang harus dipahami adalah bagaimana membentuk suatu komunitas supaya membatik ini bisa berlanjut, apalagi alat dan bahannya sudah disediakan.
“Mereka harus kompak untuk mewujudkan ini menjadi sebuah produk. Tidak kalah penting juga manajemen pemasaran, mereka harus membuat sampel yang bagus dan ajukan ke pemda setempat agar bisa digunakan sebagai seragam. Artinya pemerintah harus mendukung,” tukasnya.
Dia berharap, pemerintah setempat juga harus mendukung, karena market yang paling utama itu adalah bagaimana batik ini bisa dipakai oleh ASN dari pemda setempat. Ada pun mengenai motif, lanjut Kudiya, bisa diatur sedemikian rupa.
Seorang peserta pelatihan membatik, Manupapami Wambrauw mengatakan, kegiatan membatik adalah salah satu kegiatan yang bisa menghasilkan dan meningkatkan perekonomian keluarga.
Selain itu, sambung dia, kegiatan membatik juga menjadi wadah bagi perempuan, khususnya mama-mama untuk menyalurkan bakatnya.
“Jujur saja, selama ini kita pasif dan kegiatan membatik ini memang baru kali ini dilakukan. Biasanya hanya memasak, menjahit, dan lain sebagainya. Kami senang sekali bisa melakukan ini, apalagi prosesnya gampang,” kata dia.
Dia berharap ke depan bisa mendapat bantuan dari pemerintah supaya mama-mama Papua bisa terus mengembangkan minat dan bakatnya dalam memproduksi batik. [AND-R1]




















