
Manokwari, TP –Tiga bulan sudah ratusan korban kebakaran Borobudur menghabiskan kesehariannya di tempat pengungsian, pasca kebakaran terjadi pada 30 September 2021 lalu.
Berbagai rasa keterbatasan dan kebingungan dilalui mereka. Yang terbaru, mereka harus melewatkan hari spesial perayaan natal 2021 dan tahun baru 2022 dengan kondisi dan keadaan yang serba apa adanya di tempat pengungsian.
Seorang pengungsi di Gedung Organisasi Wanita (GOW), Ahmad Sofiani menuturkan, sampai dengan hari ini dia dan pengungsi lainnya pasrah tinggal dan hidup di tempat pengungsian yang belum diketahui sampai kapan.
Mereka kata dia, melakukan hal itu semata-mata untuk mengikuti anjuran Pemerintah Daerah (Pemda) Manokwari, karena tidak diperbolehkan membangun rumah di lokasi kebakaran, meskipun hati kecil bertolak belakang dan ingin kembali ke tempat mereka yang terbakar.
“Sampai hari ini sudah tiga bulan kami tinggal di sini (gedung wanita red), belum ada tanda-tanda pemerintah bangun huntara, sehingga kami tidak tinggal di tempat seperti ini terus,” tuturnya saat ditemui Tabura Pos di sela-sela waktu senggangnya di GOW Sanggeng, Selasa (4/1).
Ahmad bersama warga pengungsi lainnya terlihat tidak dapat menyembunyikan rasa kecewanya kepada pemerintah atas apa yang mereka alami. Pasalnya, mereka dilarangan membangun kembali di tempat mereka yang terbakar, tetapi sampai tiga bulan ini belum ada tempat yang layak yang disediakan buat mereka.
“Yang membuat bingung dan rasa kecewa kita dilarang bangun kembali di Borobudur, tetapi sampai hari ini belum ada tempat yang layak untuk kami. Saya yakin, jika diijinkan bangun kembali, pasti semua pengungsi sudah membangun, tapi mau bagaimana, kita ikut arahan pemerintah, tetapi sampai hari ini huntara belum ada,” ujarnya.
Dengan kondisi seperti saat ini ungkapnya, yang diinginkan dia dan para pengungsi lainnya hanyalah diberikan kesehatan oleh Tuhan agar bisa melewati cobaan ini dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dirasakannya, tinggal di tempat pengungsian sangatlah serba terbatas. Aktivitas yang dapat dilakukan hanya pergi bekerja dari pagi sampai sore hari, setelah itu kembali ke tempat pengungsian untuk beristirahat di balik bilik yang hanya tersekat dengan menggunakan tripleks.
Dia menambahkan, ‘keluarga besar’ pengungsi di GOW Sanggeng yang jumlahnya kurang lebih 40an kepala keluarga, melewati hari spesial perayaan natal 2021 dan tahun baru 2022 di tempat pengungsian tanpa ada uluran tangan dari pemerintah.
Bertolak dari keadaan itu, dirinya pun sangat berharap agar mereka tidak melewati bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri tahun 2022 yang jatuh pada bulan Mei, di tempat yang sama.
“Kemarin kita sudah lewati natal di tempat pengungsian, sehingga yang kita sangat harapan nanti bulan puasa dan lebaran sudah di tempat kita masing-masing seperti di huntara supaya lebih aman,” tutur pria yang berprofesi sebagai supir mobil rental ini.
Ditanya apakah ada kunjungan bupati maupun pejabat Manokwari sejauh ini, dirinya mengatakan, kunjungan terakhir bupati Manokwari pada November 2021 lalu, setelah itu tidak ada lagi kunjungan sampai hari ini.
Meskipun demikian, kata dia, mereka yang berada di GOW Sanggeng, masih bersyukur karena masih ada bantuan sembako seperti beras dan beberapa bahan lainnya dari pemerintah daerah, sehingga kebutuhan makanan sehari-hari warga pengungsi masih tetap terjaga.
“Kami berdosa kalau bilang tidak ada bantuan. Bantuan ada seperti beras, tetapi untuk kunjungan saat natal dari bupati tidak ada sampai sekarang. Yang biasa perhatikan, kuatkan kita disini, hanya Pak Sem dan Ibu Fausiah dari organisasi. Ada juga pejabat yang datang tapi hanya pakai mobil putar lalu jalan lagi. Harapan kita satu-satunya agar ada huntara bagi kami disini secepatnya,” pungkasnya. [SDR-R4]