Manokwari, TABURAPOS.CO – Jemaat Gereja Kristen Injili (GKI) Di Tanah Papua, Klasis Manokwari mengadakan ibadah syukur HUT GKI Di Tanah Papua ke-67, 26 Oktober 1956 – 26 Oktober 2023, di Gedung GKI Petrus Amban, Kabupaten Manokwari, Kamis (26/10).
Ibadah syukur mengusung tema ‘Kasih Kristus Menggerakkan Kemandirian Gereja, Mewujudkan Keadilan, Perdamaian, dan Kesejahteraan’ (II Kor 5: 18-19, Maz 72: 2-3).
Pdt. Dr. Rainer Scheunemann menyampaikan, selama 67 tahun, peran GKI di tanah Papua sangat besar, juga melalui penginjilan, kesehatan, dan pendidikan.
“Kita bersyukur, tetapi juga ada tantangan yang lebih besar ke depan, maka kita harus sungguh-sungguh menghadapi persoalan yang ada di tanah Papua,” kata Rainer kepada Tabura Pos usai ibadah syukur di Gereja Petrus Amban, kemarin.
Dia menyarankan gereja kembali melakukan evaluasi untuk melihat sejauhmana memurnikan motivasi pelayanan gereja dan kembali fokus pada pekerjaan Tuhan.
“Artinya, saat ini ada bahaya dan kita terlalu fokus kepada organisasi, struktur, dan soal-soal sekunder. Itu memang penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah hal yang primer terkait pekerjaan Tuhan, dengan menjangkau kembali pelayanan kepada anak-anak muda dengan segala persoalan hidup mereka,” imbuhnya.
Di samping itu, kata dia, pembinaan terhadap warga jemaat sosial diakonia agar bisa memajukan kesehatan, kesejahteraan ekonomi, pembinaan usaha kecil, pendidikan, dan pendampingan hukum.
Semua itu, lanjutnya, harus menjadi bagian dari gereja dan pastoral yang dilakukan secara sungguh-sungguh. Menurutnya, gereja harus jemput bola dengan melayani, menjaungkau warga jemaat yang memerlukan pertolongan di tengah kehidupan mereka.
“Intinya, pekerjaan Tuhan harus kembali menjadi fokus kita, karena dulu GKI sangat fokus dan akhirnya juga menjadi berkat dan memperoleh pengaruh yang besar. GKI saat ini harus kembali kepada pekerjaan Tuhan,” pintanya.

Ia mengatakan, persoalan pendidikan merupakan pekerjaan sangat besar, karena banyak sekolah yang tidak ada gurunya.
“Kita bukan membutuhkan banyaknya pendeta, tetapi sebaliknya, kita membutuhkan banyak guru yang siap mengajar di seluruh pelosok tanah Papua, sekaligus bisa menolong jemaat-jemaat kecil di kampung-kampung,” ujar Rainer.
Dia juga menyarankan agar lulusan Sekolah Tinggi Theologia (STT) tidak langsung menjadi pendeta, tetapi beberapa tahun mereka melakukan persiapan menjadi guru SD di seluruh pelosok tanah Papua, lalu direkrut menjadi pendeta.
Ia menambahkan, dibutuhkan juga peran guru jemaat, karena mereka bisa membantu guru SD. “Kalau dasar pendidikannya jelek, maka tidak ada kepercayaan diri sampai tua nanti. Tapi kalau pendidikan dasarnya bagus, maka anak-anak kita bisa mudah berkembang ke depan,” paparnya.
Diungkapkan Rainer, di era Otonomi Khusus (Otsus) ini, ada bahaya besar bahwa ada pendidikan yang bagus sekali, tetapi ada juga pendidikan yang kurang sekali.
“Kita harus menjangkau mereka yang kurang ini, harus sungguh-sungguh diperhatikan agar memperoleh kepercayaan diri hingga pendidikan selanjutnya,” katanya.
Disinggung tentang banyak anak Papua yang putus sekolah, Rainer menegaskan, GKI dan Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) harus lebih serius melihat persoalan yang ada dengan menjangkau mereka yang putus sekolah dengan memberikan program khusus.
Selain itu, tambah dia, harus juga menjangkau daerah-daerah di pelosok tanah Papua yang kekurangan guru dan meningkatkan YPK yang sudah ada.
“Di masa lalu, gereja yang menjadi pelopor pendidikan, sehingga kalau gereja tidak mendorong persoalan pendidikan, maka akan ada kesulitan ke depan. Inilah yang saya lihat,” kata Rainer.
Sementara Bupati Manokwari, Hermus Indou mengatakan, melalui penginjilan GKI Di Tanah Papua, senantiasa memperoleh perkenalan dan iman yang bersumer kepada Tuhan Yesus Kristus dan peradaban pembangunan.
“Kita bersyukur kepada Tuhan, karena GKI merupakan satu institusi ilahi dan presentasi kerajaan surga di bumi yang diizinkan hadir di Tanah Papua,” kata Indou, dalam sambutannya.

Menurutnya, kehadiran GKI Di Tanah Papua tidak lain untuk mengemban visi dan misi kerajaan surga guna mewujudkan amanat agung Tuhan Yesus Kristus dan doa Tuhan Yesus Kristus di Getzemani, yakni datanglah kerajaan dan jadilah kehendak Mu di bumi seperti di surga.
“Kita pun bersyukur kepada Tuhan, karena sudah menaruh hikmat dan roh-Nya kepada kita, sehingga kita mampu menyelenggarakan HUT GKI ke-67 tahun sebagai sebuah peristiwa ilahi, tetapi juga peristiwa historis untuk mengenang dan melihat kembali bagaimana para founding fathers kita dipakai Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan besar dan luar biasa yang berdampak pada pembangunan yang kita rasakan,” terangnya.
Dia percaya, Tuhan tidak bekerja di ruang hampa, tetapi bekerja melalui orang dan tempat. Banyak orang yang dipakai Tuhan di masa lampau untuk melahirkan peradaban dan mewariskan generasi muda di masa yang akan datang.
“Atas nama pribadi, keluarga, pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Manokwari dengan kasih Kristus menyampaikan dirgahayu bagi seluruh warga GKI di Tanah Papua, terlebih khusus di Papua Barat dan Manokwari,” tuturnya.
Ia berharap kiranya melalui momentum HUT GKI di Tanah Papua, seluruh umat GKI terus tertanam kuat di dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan tidak pernah beranjak dari pribadi Tuhan serta kebenaran-Nya.
“Warga GKI akan tetap bertumbuh dewasa dan seluruh umat GKI akan menghasilkan buah pelayanan yang lebat dan umat GKI akan menjadi berkat dalam seluruh pekerjaannya di gereja maupun profesi yang dipercayakan Tuhan kepada kita semua dengan memaknai momentum HUT GKI Di Tanah Papua,” tukasnya.
Pada kesempatan itu, Bupati menyerahkan bantuan 12 unit sepeda motor untuk Klasis GKI Manokwari, dengan harapan bantuan ini bisa mendukung pelayanan pekabaran Injil di tanah Papua, terutama di Papua Barat.
Sedangkan Ketua DPD PWKI Papua Barat, Ny. Febelina Wondiwoi menyerahkan bantuan sebesar Rp. 50 juta untuk Klasis GKI Manokwari. [FSM-R1]