Manokwari, TABURAPOS.CO – Populasi penduduk di Kelurahan Wosi Distrik Manokwari Barat terus mengalami perkembangan. Sehingga tidak heran, apabila pertumbuhan jumlah penduduk tersebut, turut berdampak pada pendidikan warga setempat.
Plt. Kepala SD Inpres 22 Wosi Manokwari, Elida Simanullang mengatakan, bangunan sekolah SD Inpres 22 Wosi sebagian merupakan gedung lama yang kondisinya sudah tidak memadai lagi untuk aktifitas kegiatan belajar mengajar. Namun, karena keterbasan sarana prasarana sekolah, sehingga gedung-gedung tersebut masih dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.
“Ada beberapa fasilitas yang kurang terutama gedung ruang sekolah. Dikhawatirkan kalau gempa, karena bangunan paling lama,” ucap Simanullang sambil menunjuk gedung sekolah.
Menurutnya, idealnya sebuah ruang kelas menampung sekitar 28 anak. Namun, karena jumlah siswa yang begitu banyak sehingga perkelas menampung sampai 47 anak. Jumlah siswa kami 800-an siswa,” sebutnya.
Selain terbatasnya sarana ruang belajar, Ia juga mengungkapkan jumlah tenaga pengajar juga terbatas, dimana hanya memiliki 8 guru ASN dan 15 orang guru yang masih berstatus honorer.
“Idealnya perkelas 28 anak, tetapi disini 47 anak. Guru juga kurang, karena 15 orang honorer dan ASN hanya 8 orang. Jadi guru masih kurang,” ujar dia.
Lebih lanjut Ia mengatakan, sejauh ini pemerintah daerah telah memberikan perhatian dengan motivasi supaya sekolah SD Inpres Wosi menjadi sekolah percontohan.
Simanullang berharap, ke depan akan ada perhatian pemerintah daerah maupun pemerintah pusat supaya bisa membantu merehabilitasi ruang kelas untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.
“Ruang kelas kami kurang, sehingga untuk kelas 1-2 sekolah pagi, mereka pulang gentian kelas 3-4 untuk masuk siang. Sementara kelas 6 dari pagi karena juga mempersiapkan ujian,” pungkasnya. [RYA-R3]