Manokwari,TABURAPOS.CO – Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi Papua Barat, serta kader posyandu, Puskesmas Sowi IV gencar mendorong terbentuknya juru pemantau jentik (Jumantik) di setiap rumah untuk menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Pembentukan Jumantik tidak terlepas dari jumlah kasus DBD yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Sowi IV, sebanyak tiga kasus sepanjang tahun 2023.
“Tahun 2023 ada tiga kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Sowi. 2 di Perumahan Sogun dan satu di Marampa. Tidak ada yang meninggal. Satu kasus di Marampa sedang dirawat,” sebut Kepala Puskesmas Sowi IV, Gerda Boseren kepada Tabura Pos, di sela-sela pertemuan dengan warganya di Posyandu Boguenvil, BTN, Sowi, Sabtu (13/1/2024).
Dijelaskannya, daerah yang telah terdapat kasus dipetakan sebagai daerah terdampak, sehingga pencegahan harus dilakukan secara cepat agar tidak ada korban lagi.
Ia mengatakan, tiga kasus di tahun 2023 menjadi pelajaran untuk melakukan upaya dini pencegahan agar tidak ada kasus di 2024.

“Inikan daerah terdampak sehingga kami bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat dan masyarakat harus melakukan pencegahan dengan mendorong pembentukan Jumantik satu rumah satu Jumantik,” jelasnya.
Boseren menerangkan, pembentukan Jumantik di Kompleks Posyandu Boguenvil BTN Sowi diawali dengan 30 keluarga atau rumah dengan harapan menjadi motor penggerak bagi keluarga lainnya.
“Ini langkah awal dari Dinkes Provinsi, dengan adanya ini kita sudah tahu cara menggerakkan masyarakatnya. Nanti kalau dari kabupaten baru disemua puskesmas. Karena kami target di 2024 tidak ada kasus. Mudah-mudahan,” pungkasnya.
Pengelola Program DBD Dinkes Provinsi Papua Barat, Zul E. Hasanuddin menambahkan, pengendalian DBD dengan salah satunya pembentukan Jumantik diawali dari daerah yang terdapat kasus DBD.
Menurutnya, cara kerja Jumantik sangat mudah, hanya dengan memantau jentik-jentik nyamuk di rumahnya masing-masing. Jika ditemukan langsung dibasmi.
“Setiap tempat yang pernah ada kasus DBD, kita datangi kita latih warganya. Kita upayakan agar RT, RW ada Jumantiknya, biar bisa memantau jentik di rumahnya masing-masing, karena tahun kemarin (2023 red) ada tiga kematian,” jelasnya.
Ia mengingatkan, para Jumantik untuk melakukan 3 M plus, yaitu menguras, menutup penampungan air, serta mendaur ulang bahan tidak dipakai agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus DBD, serta penggunaan Abate.
“Dengan adanya pelatihan ini dan Jumantik kita menargetkan angka bebas jentik yaitu 95 persen. Sehingga dengan adanya Jumantik daerah-daerah yang pernah ada DBD angka jentik nyamuknya bisa di atas 95 persen,” pungkasnya seraya menambahkan para RT dan kader untuk aktif memantau para Jumantik di lingkungannya masing-masing.
Pantauan Tabura Pos, warga di Kompleks Posyandu Boguenvil, BTN turut mengikuti praktek mencari jentik nyamuk di rumahnya masing-masing sebagai tindak lanjut pelatihan yang diberikan. [SDR-R3]