Manokwari, TP – BMKG Manokwari memprakirakan kondisi cuaca dalam sepekan akan mengalami peningkatan curah hujan dengan intensitas yang bervariasi.
Menurut Kepala BMKG Manokwari, Daniel Tandi, kondisi ini dipicu aktifnya beberapa fenomena dan dinamika atmosfer, seperti aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial yang diprakirakan aktif di sebagian wilayah Indonesia, termasuk di Papua Barat dan Papua yang bisa meningkatkan potensi hujan di wilayah tersebut dalam sepekan ke depan.
Selain itu, kata dia, ada gelombang atmosfer Kelvin yang diprakirakan dalam sepekan juga bisa memicu adanya potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
Sementara itu, ia menjelaskan, sirkulasi siklonik juga terpantau membentuk daerah konvergensi memanjang hingga ke Papua Barat dan Papua Pegunungan serta membentuk daerah konfluensi, termasuk di Teluk Cendrawasih.
Tidak hanya itu, kata Tandi, labilitas atmosfer pada skala lokal terpantau masih cukup kuat, mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.
Dengan demikian, kombinasi pengaruh fenomena-fenomena tersebut diprakirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang sampai lebat yang disertai kilat, petir, dan angin kencang.
“Beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dari fenomena itu, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin,” rinci Tandi yang dihubungi Tabura Pos via ponselnya, Selasa (16/4/2024).
Dirinya menambahkan, sejumlah faktor yang menyebabkan curah hujan ini, intensitas sedang hingga lebat, diprakirakan berlangsung di sebagian wilayah Indonesia hingga awal Mei 2024.
Untuk itu, ia mengimbau masyarakat, khususnya para pemudik yang akan kembali untuk berhati-hati dan senantiasa waspada dan mengikuti arahan dan imbauan pemerintah.
Ditambahkan Tandi, hal lain yang perlu diwaspadai adalah fenomena Antecedent Precipitation yakni terjadinya curah hujan yang turun sebelumnya dengan kemungkinan bisa memperparah dampak cuaca ekstrem.
“Kami mengimbau juga pengguna jasa di perairan waspada tinggi gelombang, begitu juga angkutan udara, para maskapai waspada adanya awan Cumulonimbus,” katanya.
Sedangkan untuk masyarakat yang bertempat tinggal di daerah bertopografi curam, bergunung, tebing atau rawan longsor dan banjir, diimbau tetap waspada terhadap dampak yang ditimbulkan cuaca ekstrem, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang dan berkurangnya jarak pandang.
Tandi menerangkan, banjir dan tanah longsor di wilayah Manokwari, salah satu faktornya karena curah hujan yang tinggi. Namun seperti diketahui, kata dia, ada beberapa daerah yang curah hujannya tinggi, tetapi tidak terjadi banjir dan tanah longsor.
Sebaliknya, sambung Kepala BMKG, ada daerah yang curah hujannya ringan dan sedang, justru terjadi banjir. “Biasanya itu dipengaruhi selain karena intensitas hujan, juga kondisi lingkungan.
Dirinya berharap masyarakat mengenali potensi bencana di lingkungannya, mulai memahami cara mengurangi resiko bencana. Misalnya, lanjut Tandi, tidak membuang sampah sembarangan, bergotong-royong menjaga kebersihan, dan menata lingkungan di sekitarnya.
“Untuk masyarakat di darat juga harus waspada. Di daerah pinggir sungai, seperti di Manokwari Kota, Sungai Kali Dingin, dan Wosi bisa terjadi banjir. Kemudian, Distrik Tanah Rubuh itu daerah rawan longsor,” pungkas Tandi. [AND-R1]