Manokwari, TP – BPBD Provinsi Papua Barat, Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XVII Manokwari-Papua Barat dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah berkoordinasi menyikapi bencana tanah longsor di Distrik Tahota, Kabupaten Manokwari Selatan (Mansel), Minggu (14/4/2024).
Pasalnya, tanah longsor sekitar 50 meter lebih di Km. 19 telah menutupi ruas jalan trans Papua Barat dengan ketebalan kurang lebih 4 meter, sehingga memutus akses Manokwari Selatan dan Teluk Bintuni.
Kepala BPBD Provinsi Papua Barat, Derek Ampnir mengaku, pihaknya belum turun ke lokasi, tetapi terus membangun koordinasi dengan BPBD Kabupaten Manokwari Selatan, karena BPBD Kabupaten Manokwari Selatan sudah bergerak ke lokasi.
Dikatakannya, koordinasi dengan BPBD Mansel untuk melihat apa yang perlu dibantu Pemprov Papua Barat untuk menyikapi tanah longsor itu.
“Ruas jalan yang ditutupi tanah longsor merupakan ruas jalan nasional. Jadi, kami langsung koordinasi bersama BPJN XVII Manokwari-Papua Barat dan Kementerian PUPR, dimana sudah ada tindakan yang dilakukan di lokasi,” jelas Ampnir yang dihubungi Tabura Pos via ponselnya, Selasa (16/4/2024).

Ia mengatakan, sekarang akses jalan yang menghubungkan Mansel-Teluk Bintuni sudah terbuka dan bisa dilintasi kendaraan. Lanjut dia, penanganan darurat sudah dilakukan untuk memberi akses jalan terhadap masyarakat.
Ampnir mengungkapkan, sesuai manajen tanggap darurat bencana yang ada di Kementerian PUPR, mempunyai Satgas Siaga Bencana yang bergerak cepat dan tepat untuk menangani situasi darurat. “Langkah-langkah konkrit di lokasi bencana sudah dilakukan Satgas Siaga Bencana, Kementerian PUPR dan mereka sudah kembalikan fungsi ruas jalan,” kata dia.
Ditanya upaya perbaikan jalan yang retak atau lapisan tanah di badan jalan, jelas Ampnir, sesuai pengalaman sebagai Kepala Distrik di Teluk Bintuni yang sering melalui jalur Tahota, daerah itu memiliki struktur tanah warna merah yang rawan banjir dan longsor.
Diutarakannya, jalur itu sebenarnya sudah diaspal, sehingga yang perlu dilakukan ke depan adalah pengerasan tebing. Pengerasan tebing ini, kata dia, sebagai salah satu solusi untuk menjaga kesempurnaan dari penanganan ini agar tidak terjadi longsor lagi.
Ia mengakui, bencana longsor yang terjadi ini merupakan bagian dari gempa bumi berkekuatan 6,1 SR yang terjadi di Kabupaten Manokwari Selatan, Selasa (9/4/2024) sekitar pukul 07.02 WIT.
“Gempa bumi ini menyebabkan terjadi pergerakan tanah, ditambah curah hujan yang tinggi belakangan ini mengakibatkan tanahnya basah, sehingga terjadi bencana banjir dan longsor di bebarapa titik di wilayah Mansel,” ungkapnya.
Ia menyarankan dilakukan pengerasan tebing atau ditanami tanaman alami yang bisa menahan tanah longsor, sehingga mengembalikan fungsi alaminya. [FSM-R1]