Ransiki, TP – Pemerintahan Kabupaten Manokwari Selatan (Pemkab Mansel) menggelar rapat koordinasi dengan Polres Mansel, Kodim 1808 Mansel, pimpinan OPD terkait, para Kepala Distrik, Kepala Kampung, Anggota DPRD, Tokoh masyarakat dan tokoh pemuda di Ruang rapat Kantor Bupati Mansel, Kamis (18/4).
Dipimpin Wakil Bupati Mansel, Wempi Welly Rengkung, rapat koordinasi tersebut dalam rangka membentuk Tim Tanggap Darurat Bencana, menyikapi masa tanggap darurat bencana di Kabupaten Mansel yang masih berlangsung sepekan kedepan.
Pada kesempatan itu, Rengkung menjelaskan, tujuan dari dibentuknya Tim Taggap Darurat Bencana adalah untuk merampungkan data yang kemudian dibuatkan dalam berita acara sebagai laporan bagi Pimpinan Daerah untuk dikemudian situasi ini dilaporkan ke Pemerintah Provinsi dan juga Pemerintah Pusat, sehingga disikapi sebagai bencana nasional.
Menurut dia, berbicara soal penanganan bencana, tentu Pemerintah tidak bisa asal mengira-ngira berapa banyak keluarga yang terdampak banjir, berapa banyak rumah yang rusak karena bencana atau titik-titik mana saja yang perlu dilakukan penanganan jangka panjang.
Sebaliknya, berbicara tentang penanganan bencana tentu harus disertai dengan data akurat yang dapat dipertanggungjawabkan disertai bukti kongkrit di lapangan, sehingga Pemerintah bisa mengambil langkah dan menyediakan anggaran untuk penanganan darurat dan penanganan jangka panjang yang terencana.
Untuk itu, sekali lagi Rengkung menegaskan, bahwa rapat koordinasi ini membentuk Tim Tanggap Darurat Bencana sekaligus melakukan evaluasi terhadap bencana yang sudah terjadi, untuk selanjutnya dilakukan penanganan darurat guna mengatasi terjadinya bencana susulan.
“Bupati menetapkan 14 hari masa tanggap darurat, OPD terkait harus segera menyelesaikan data, sehingga dari data itu ada estimasi nilai rill yang bisa diplotkan oleh Pemerintah Daerah untuk upaya penanganan,” pinta Rengkung.
Harapannya, dengan dibentuknya Tim Tanggap Darurat Bencana nanti, kedepan ada bantuan dan juga langkah-langkah untuk mengatasi kemungkinan yang akan terjadi, seuai titik potensi yang banjir dan longsor yang sudah dipetakan oleh pihak terkait.

Yang pasti, Rengkung meminta, OPD teknis harus terus melakukan langkah-langkah dan upaya antisipasi di lapangan terhadap potensi bencana susulan mengingat curah hujan di Wilayah Kabupaten Mansel yang masih sangat tinggi. Begitu juga dengan alat berat yang sudah bekerja di lapangan untuk pembersihan material longsor dan banjir harus tetap stand by untuk penanganan darurat ketika terjadi bencana susulan.
Sementara itu,Kepala Distrik Momiwaren, Martinus Ainusi mengaku, bencana banjir yang terjadi beberapa waktu lalu juga memberikan dampak bagi warga Momiwaren, terdapat 5 rumah milik warga yang terendam air, akibat talud patah sehingga air kali meluap dan masuk ke rumah-rumah warga.
Sedangkan, anggota DPRD Kabupaten Mansel, Wolof Sayori mengungkapkan, Pemerintah Daerah harus secepatnya mengambil langkah untuk penanganan Jembatan Momiwaren dan Kali Sesum, jika tidak cepat ditangani akan berakibat fatal, karena banjir yang lalu menyebabkan rumah warga terendam air dan menghanyutkan ternak babi milik warga.
Mewakili Masyarakat Kampung Yamboi, Mambrema dan Brema, Tokoh masyarakat, Soleman Mandacan mengatakan, bantuan Pemerintah urusan nomor kedua, tetapi keselamatan lebih masyarakat yang lebih utama, masyarakat khawatir kali mati akan meluap dan merendam pemukiman masyarakat jika terjadi hujan deras, karena banjir sudah pernah terjadi maka harus ada langkah penanganan sebelum banjir kembali terjadi.
Hal senada diungkapkan perwakilan Tokoh Pemuda Tobou, Jefri Mandacan. Baginya persoalan Kali Mati adalah persoalan alam, tetapi berdasarkan hasil survei Pemuda tobou ke kepala air, banjir terjadi akibat dari pembangunan brojong yang putus-putus, sehingga air mengikuti celah untuk masuk ke pemukiman warga. Untuk itu perlu adanya normalisasi Kali Mati dari hilir sampai hulu.

Kepala Kampung Hamawi, Yahya Aiba juga meminta, supaya apa yang dibicarakan dengan Pemerintah Daerah terkait tanggap darurat bencana alam, jangan hanya menajdi sia-sia tetapi apa yang dibicarakan hari ini harus bisa dijawab oleh Pemerintah Daerah.
Dikarenakan Kampung Tobou dan Hamawi sudah sangat dekat dengan posisi air, jika terjadi hujan 1 minggu maka mereka bisa hanyut, maka harus ada perhatian serius dari Pemerintah Daerah untuk penanganan normalisasi Kali Mati. [BOM-R4]