
Sorong, TP – Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua Barat Daya (PBD), Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Sorong yang berstatus bandara domestik, diupayakan bisa melayani penerbangan internasional tidak terjadwal (langsung).
Kepala Bandara DEO Sorong, Cece Tarya menjelaskan, kategori penerbangan internasional tidak terjadwal, yakni penerbangan yang tidak memakai pesawat komersil, tetapi pesawat private jet atau pesawat carter.
“Nah, yang selama ini terjadi, mereka harus lapor dulu ke pintu masuk internasional. Misalnya dari Kuala Lumpur mau masuk Sorong, harus turun di Manado dulu hanya untuk pemeriksaan saja, baru lanjut lagi ke Sorong,” kata Tarya kepada para wartawan usai rapat koordinasi bersama Pemprov PBD di salah satu hotel di Sorong, Selasa (30/4/2024).
Dengan kondisi itu, sambung dia, dianggap kurang efisien, sehingga mereka berharap bisa terbang langsung (direct) dari daerah asal ke daerah tujuan, sesuai permohonan sejumlah turis asing.
Dikatakannya, permohonan itu bisa saja dikabulkan pihak Bandara DEO Sorong, karena bandara domestik sejatinya memang tidak dilarang untuk melayani penerbangan internasional tidak berjadwal, dimana itu juga merupakan bagian dari upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
“Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 40 Tahun 2023 tentang Tatanan Kebandarudaraan, itu tidak dilarang. Pada Pasal 41, untuk kebutuhan tertentu, apalagi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, itu bisa diusulkan kepada Menteri Perhubungan terkait dengan masalah pelayanan internasional untuk bandara domestik itu,” jelas Tarya.
Ditambahkannya, ada beberapa poin yang menjadi persyaratan, misalnya dibutuhkan rekomendasi custom, imigration and quarantee (CIQ) selaku pemegang kewenangan untuk melakukan kegiatan pemeriksaan.
Selain itu, kata dia, ada syarat terkait jumlah wisatawan mancanegara yang masuk, ditargetkan harus mencapai 100.000 orang per tahun. Tentunya, ungkap Kabandara, untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan keterlibatan pemda dalam menyusun strateginya.
Diakuinya, fasilitas yang ada di PBD sebagai daerah tujuan wisata, sudah menunjang, baik dari ketersediaan hotel maupun transportasi darat dan laut.
“Ayo dong kita duduk bersama pemerintah untuk bisa mengkaji hal itu. Bagaimana kita bisa mendatangkan 100.000 wisatawan asing per tahun. Saya rasa kita bisa kok, karena tahun 2018 pernah mencapai 250.000 orang wisatawan domestik dan mancanegara. Namun saat itu, wisatawan mancanegara memang didominasi masuk melalui jalur laut menggunakan kapal pesiar,” jelas Tarya.
Melihat trafik data jumlah kunjungan wisatawan, Tarya optimis bahwa hal tersebut bisa terulang lagi dan target angka kunjungan wisatawan pasti tercapai.
“Saya yakin kita mampu, tapi memang dibutuhkan kajian-kajian lanjutan dan itu idenya harus dari pemda. Jika kajian sudah ada, kami tentu akan mendorong untuk mengusulkan ke kementerian, sehingga bisa segera ditindaklanjuti,” tandasnya. [CR24-R1]