
Manokwari, TP –Sekelompok massa yang mengatasnamakan Solidaritas Mahasiswa, Pemuda dan Rakyat Papua, menggelar aksi unjuk rasa di depan Polsek Amban, Jl Gunung Salju Amban, Kamis (3/2).
Aksi unjuk rasa yang semula berjalan dengan aman, diwarnai kericuhan antara kelompok massa aksi dengan aparat keamanan yang tengah melakukan pengamanan.
Kericuhan ini kemudian berangsur usai setelah aparat keamanan dan kelompok massa lainnya menahan diri dan saling melerai.
Meskipun kericuhan ini tidak berlangsung lama, namun dalam kejadian ini menyebabkan Kabag Ops Polres Manokwari, Kompol Junaedy A. Weken diduga terkena pukulan.
Pantauan Tabura Pos, kericuhan ini bermula saat massa aksi mencoba menduduki badan jalan, namun tidak diijinkan oleh aparat Kepolisian karena mengganggu kelancaran arus lalu lintas sehingga terlibat saling dorong dan berakhir ricuh.
Usai kericuhan itu, sekelompok massa kembali melanjutkan aksi unjuk rasanya dan dijaga oleh aparat keamanan setelah salah satu pengunjuk rasa sempat diamankan karena melakukan kericuhan saat aksi.
Aksi unjuk rasa ini dengan tujuan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Papua Barat dengan cara long march, namun tidak mendapat ijin dari aparat keamanan karena lasan keamanan dan kelancaran lalu lintas.
Aksi unjuk rasa yang dilakukan sekelompok massa tersebut sebagai bentuk penolakan terhadap pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) Provinsi, dan kabupaten kota.
Dalam aksi ini, pengunjuk rasa menyampaikan aspirasinya dengan menggelar orasi secara bergantian dan ditulis pada lembaran kertas berupa penolakan SK Gubernur Papua Barat tentang pemekaran Provinsi Papua Barat Daya.
Mereka menganggap bahwa pemekaran DOB baru bukan jaminan bagi rakyat Papua, tetapi hutan, laut dan hasil alam adalah jaminan terbaik bagi rakyat Papua.
Dalam aksi ini, pengunjuk rasa juga menyerahkan aspirasi dalam bentuk pernyataan sikap kepada anggota Ketua Fraksi Otsus DPR Papua Barat, George Dedaida yang hadir menemui pengunjuk rasa untuk diteruskan ke pemerintah pusat.
Salah satu pengunjuk rasa menyampaikan bahwa apsirasi itu diserahkan untuk disampaikan ke DPR RI agar hentikan pembahasan DOB karena itu bukan aspirasi rakyat Papua. Menurut mereka, DOB itu sama halnya seperti Daerah Operasi Militer (DOM).
Mereka menolak dengan tegas DOB yang direncanakan oleh Presiden dan juga menolak dengan tegas Otonomi Khusus (Otsus) yang sudah jadi pasif diatas tanah Papua, menolak 100 persen saham-saham yang dibangun diatas tanah Papua, serta menolak pemerintah Papua yang mengatasnamakan rakyat Papua di Jakarta.
Menurut mereka, aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh Solidaritas Mahasiswa Pemuda Papua dan Rakyat Papua dalam rangkah menyampaikan aspirasi masyarakat Orang Asli Papua sebagai bentuk dari protes kehadiran DOB yang dianggapnya hanya untuk kepentingan politik dan bukan kepentingan kesejahteran masyarakat orang asli Papua.
Massa pengunjuk rasa akhirnya membubarkan diri setelah melakukan aksi selama hampir 7 jam lamanya, dimulai dari pukul 08.30 WIT hingga pukul 14.00 WIT.
Meskipun sempat terjadi kericuhan aksi ini berkahir dengan aman dan tertib. Puluhan aparat keamanan juga ditempatkan disekitar lokasi untuk melakukan pengamanan dan mengatur arus lalu lintas. [AND-R4]