Manokwari, TP – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Manokwari dalam waktu dekat akan melakukan screening Tuberculosis (TB) dengan menyasar driver ojek dan taksi rental di Manokwari.
Kepala Seksi P2P Dinkes Kabupaten Manokwari, Rahimi menuturkan, langkah tersebut sebagai bagian dari upaya pemerintah daerah dalam mencegah penyebaran TB.
“Kita ke depan akan meningkatkan screening untuk pekerja ojek dan taksi rental. Karena pekerja ojek dan taksi rental berpotensi tinggi terpapar TB karena sering berinteraksi dengan banyak orang,” ujarnya kepada Tabura Pos di Gedung Olahraga (GOR) Sanggeng, Sabtu (13/7/2024), akhir pekan kemarin.
Ia menerangkan, pemilihan target ini berdasarkan pada mekanisme penyebaran TB yang melalui droplet infection, yaitu melalui air liur.
“Kita mungkin semua kalau paham dengan penyakit TB, pasti ketakutan dengan kasus di Manokwari yang cukup tinggi. Kalau kita naik motor atau bersentuhan dengan orang, kita tidak tahu status orang itu mungkin TB. Ya kita bisa terpapar,” ungkapnya.
Ia menambahkan, screening TB baik driver ojek maupun taksi rental sudah disetujui dan pihaknya akan koordinasikan dengan Dinas Perhubungan.
Kepala Seksi P2P Dinkes Manokwari ini mengungkapkan, pihaknya menemukan kasus TB sensitif obat (SO) periode Januari-Juni 2024 mencapai 47% dari target yang telah ditetapkan. Dari estimasi kasus 1.157 kasus, sampai saat ini telah ditemukan sebanyak 549 kasus.
Dia mengatakan, presentase pasien TB yang memulai pengobatan periode Januari-Juni 2024 sebanyak 360 atau 64 persen untuk kesembuhan.
Menurutnya, angka keberhasilan pengobatan TB di Kabupaten Manokwari tahun 2023 terbilang tinggi, mencapai hampir 62 persen. Angka ini menjadi salah satu yang terbaik dibandingkan dengan kabupaten lain.
Rahimi menambahkan, evaluasi hasil akhir pengobatan TB tahun 2023 menunjukkan dari 949 kasus, 498 kasus berhasil sembuh lengkap, 1 kasus gagal pengobatan, dan 27 kasus meninggal dunia. Tercatat juga 137 kasus TB SO dan 283 kasus masih dalam proses pengobatan.
“Dinkes Manokwari juga mencatat penemuan kasus TB anak periode Januari-Juni 2024 yang cukup baik, mencapai 79% dari 223 kasus,” bebernya.
Lanjut, Rahimi menjelaskan, selain TB SO, ditemukan juga TB Resisten Obat (TB RO). Pada periode Januari-Juni 2024 dari estimasi kasus Manokwari 34 kasus RO, sudah ditemukan sebanyak 25 kasus, atau sebesar 78 persen. Persentase pasien TB RO yang memulai pengobatan kembali sudah mencapai 36 persen.
Rahimi menambahkan, bagi penderita TB, Dinkes Kabupaten Manokwari telah menjalankan program Pengobatan Terapi Pencegahan TB (TPT). Akan tetapi, mengalami hambatan dan masih menjadi pekerjaan rumah bagi pihaknya.
“Kasus TB RO memang di Manokwari cukup tinggi. Faktor utama penyebab tingginya kasus TB RO adalah putus obat. Beberapa waktu lalu, kita mengalami kendala logistik dan kurangnya kedisiplinan penderita dalam mengonsumsi obat,” terangnya.
Rahimi mengungkapkan, banyak pasien yang setelah minum obat selama satu atau dua bulan merasa lebih baik, sehingga memutuskan untuk berhenti mengonsumsi obat dan tidak lanjut lagi untuk pengambilan obat selanjutnya. “Hal itu berpotensi menyebabkan resistensi obat dan memperburuk kondisi TB,” pungkasnya.
Rahimi menambahkan, ada banyak pasien dari kabupaten tetangga yang berobat di Manokwari, namun tempat tinggal mereka di luar Manokwari sehingga menjadi kendala saat mengambil obat. [SDR-R3]