
Manokwari, TP –Virus Covid-19 varian Omicron sudah masuk dan menyebar di Papua Barat. Hal ini diketahui berdasarkan hasil sampel yang dikirim oleh Tim Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Papua Barat untuk diperiksa di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Papua sekitar dua minggu lalu.
Penyebaran varian Omicron di Papua Barat di prediksi akan lebih tinggi dari varian Delta, salah satu alasannya karena penyebarannya yang begitu cepat. Meski varian Omicron disinyalir memiliki gejala kecil atau ringan, namun masyarakat tetap diminta untuk mematuhi Protokol Kesehatan (Prokes).
Juru Bicara (Jubir) Tim Satgas Covid-19 Papua Bart, dr Arnoldus Tiniap saat dikonfirmasi Tabura Pos melalui telpon selulernya pada, Rabu (16/02) mengatakan, terkait dengan peningkatan kasus aktif pandemi Covid-19 di Papua Barat Tim telah mengambil sampel untuk dikirim ke Labkesda Papua untuk dilakukan pemeriksaan.
Dikatakannya, sampel yang dikirim berasal dari pasien Covid-19 dengan jumlah sebanyak 28 sampel yang terdiri dari, 18 sampel dari Kabupaten Manokwari dan 10 sampel dari Kota Sorong. Untuk 18 sampel yang dirikim asal Manokwari sampai saat ini masih menunggu hasil.
Sedangkan dari 10 sampel yang dikirim asal Kota Sorong terdapat tiga sampel tidak layak uji atau diperiksa, sementara 7 sampel yang lain hasinya dinyatakan positif terpapar Covid-19 varian Omicron.
Menururtnya, hasil pemeriksaan beberapa sampel di Labkesda Papua, telah menjawab analisa kecurigaan peningkatan kasus aktif di Papua Barat sejak satu bulan terakhir yang dapat disimpulkan bahwa peningkatan itu terjadi akibat penyebaran varian Omicron.
“Jika dilihat dari perkembangan kasus ini telah dipastikan sudah menyebar kemana-mana, apalagi jika dilihat dari aktifitas warga baik pelaku perjalanan yang sudah tidak ada pembatasan dimana orang bisa bepergian seperti biasa termasuk aktifitas warga di dalam kota. Jadi ini sudah membaur, kita tidak bisa memilah-milah lagi ini dari kluster mana,” ucap dr Arnold.
Menurut dr Arnold, mengenai hal ini yang perlu menjadi perhatian adalah varian Omicron ini penyebarannya lebih cepat dibandingkan Covid-19 varian lainnya.
“Jadi ini sudah mengena semua tidak ada kluster-kluster lagi, jadi semakin banyak yang diperiksa, akan semakin banyak yang terdeteksi,” ujarnya.
Disinggung soal kesiapan rumah sakit untuk mengantisipasi gelombang ketiga kasus Covid-19, dr Arnold menerangkan, seperti biasanya semua rumah sakit di Papua Barat posisi siap menerima pasien Covid-19 meskipun memang harus dibatasi.
Khusus untuk pasien Covid-19, rumah sakit hanya akan menampung dan merawat pasien yang bergejala berat, sedangkan untuk pasien yang bergejala ringan atau tanpa gejala disarankan untuk Isolasi Mandiri (Isoman) di rumah atau melalui fasilitas karantina yang telah disiapkan.
Hal ini terpaksa dilakukan karena memperhatikan daya tampung rumah sakit atau untuk mengurangi kemungkinan penuhnya rumah sakit karena pasien Covid-19.
“Kalau kita mengakomodir semua yang lain, tanpa gejala juga kita rawat di rumah sakit maka itu akan penuh, karena varian Omicron ini kelihatannya akan lebih banyak dari varian Delta,” terangnya.
Dia menambahkan saat ini tracing kontak belum bisa dilakukan sebab memang situasi dan kasusnya cukup tinggi. Untuk itu masyarakat lebih disarankan melakukan pemeriksaan secara mandiri jika merasa bergejala.
“Tracing kontak ini kita lakukan terbatas belum secara massif seperti yang dulu karena tingginya kasus, jadi kita dari pelayanan begitu ada yang positif kita langsung anjurkan keluarganya ataupun kontak dekat untuk langsung mengakses pelayanan, tetapi jika petugas turun ke masyarakat itu belum dilakukan karena memang kasusnya lagi tinggi. Namun perlu diketahui Omicron ini lebih kecil gejalanya jadi yang kita syukuri disitu, meskipun banyak tapi gejalanya ringan,” pungkasnya. [AND-R4]