• Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Senin, Oktober 6, 2025
  • Login
Tabura Pos - Akurat dan Cerdas
  • Home
  • PAPUA BARAT
  • MANOKWARI
  • DAERAH
    • MANSEL
    • PEGAF
    • BINTUNI
    • TELUK WONDAMA
  • POLHUKRIM
    • HUKUM & KRIMINAL
    • PARLEMENTARIA
  • DIKKES
    • BUDAYA & PARIWISATA
    • KESEHATAN
    • PENDIDIKAN
  • EKBIS
  • KABAR PAPUA
  • LINTAS PAPUA
No Result
View All Result
  • Home
  • PAPUA BARAT
  • MANOKWARI
  • DAERAH
    • MANSEL
    • PEGAF
    • BINTUNI
    • TELUK WONDAMA
  • POLHUKRIM
    • HUKUM & KRIMINAL
    • PARLEMENTARIA
  • DIKKES
    • BUDAYA & PARIWISATA
    • KESEHATAN
    • PENDIDIKAN
  • EKBIS
  • KABAR PAPUA
  • LINTAS PAPUA
No Result
View All Result
Tabura Pos - Akurat dan Cerdas
No Result
View All Result
Home PAPUA BARAT

Puluhan Anak di Yayasan Cahaya Papua Barat Butuh Perhatian

AdminTabura by AdminTabura
02/09/2024
in PAPUA BARAT, POLHUKRIM
0
Tiga KPU di Papua Barat Perpanjang Waktu Pendaftaran Pasangan Balon Kepala Daerah
0
SHARES
81
VIEWS
Share on FacebookShare on Whatsapp

Manokwari, TP – Puluhan anak TK dan SD di Yayasan Cahaya Papua, Sowi Indah, Distrik Manokwari Selatan, terpaksa harus belajar dengan kondisi yang memprihatinkan.

Di sekolah itu, hanya terdapat ruangan belajar yang kecil membuat mereka harus bertumpuk-tumpukan. Kondisi bangunannya pun tampak tidak layak dengan dinding yang hanya terbuat dari papan, tripleks dan spanduk.

Fasilitas belajar mengajar yang digunakan juga hanya seadanya, seperti papan tuli dan beberapa meja dan kursi yang digunakan. Beberapa anak-anak tampak harus berdiri karena meja dan kursinya tidak mencukupi.

Atap sekolah yang selama ini menggunakan terpal baru saja diganti menggunakan seng, sehingga anak-anak belajar tidak lagi kehujanan dan kepanasan. Jangankan fasilitas WC dan kamar mandi, ruangan khusus untuk guru pun tidak ada.

Tidak hanya itu, beberapa anak-anak ke sekolah tidak menggunakan baju seragam, beberapa menggunakan baju biasa, ada yang hanya menggunakan sandal jepit, bahkan ada yang tidak menggunakan alas kaki sama sekali.

Pendiri sekaligus Pembina Yayasan Cahaya Papua Barat, Theresia Ngutra mengungkapkan, sekolah Yayasan Cahaya Papua Barat ini awalnya beridiri karena rasa kemanusiaan dan peduli terhadap masa depan anak-anak tersebut.

Yayasan ini pun sudah memiliki nomor pokok sekolah nasional dan siswanya terdaftar di dapat pokok pendidikan (Dapodik).

Theresia menceritakan, awalnya membangun rumah di daerah itu sejak 6 tahun silam. Theresia yang bekerja sebagai pegawai kantoran setiap pagi hanya melihat anak-anak tersebut bermain dan sibuk bekerja membantu orang tuanya di kebun.

Karena penasaran, Theresia kemudian memulai dengan melakukan komunikasi bersama warga setempat dan orang tua.

Ternyata, diketahui anak-anak itu memang tidak bersekolah dengan beberapa faktor dan alasan yang berbeda.

Beberapa anak mengaku tidak memiliki biaya karena orang tuanya hanya bekerja sebagai petani dan juga tukang ojek, ada juga yang mengaku sekolah jauh dan tidak ada transportasi.

“Jadi kita lihat secara pemetaan lokasi sekolah di area Sowi Gunung ini tidak ada sekolah formal, tidak ada SD formal dan kalau ada anak-anak sekolah palingan ke Wosi atau sekolah terdekat tidak,” ungkap Theresia di Sowi Gunung, Jumat (30/08).

Menurut Theresia, jumlah anak-anak di wilayah tersebut yang tidak sekolah cukup banyak membuatnya menjadi khawatir terhadap perkembangan dan masa depan anak-anak tersebut. Sehingga, dirinya berinisiaitf membuat sekolah sementara bagi anak-anak tersebut agar bisa tetap belajar.

Dikatakannya, sekolah dibangun diawal tahun 2022 dengan menggunakan terpal dan dari hasil pendataan ada sekitar 90 anak yang ikut. Jumlahnya setiap tahun terus bertambah dan bukan hanya dari daerah tersebut, tetapi juga datang ari kampung tetangga hingga daerah terjauh seperti Arfai dan Wosi.

“Konsep sekolah ini gratis, baik itu biaya pendaftaran maupun biaya SPP anak-anak cukup datang dan belajar. Untuk pembiayaan selama ini menggunakan biaya pribadi,” ungkapnya.

Menurutnya, meskipun semua dijalani dengan serba terbatas dan kekurangan, sekolah TK mereka sudah menamatkan 2 tahun lulusan. Pada tahun pertama terdapat 6 siswa dan tahun kedua meningkat menjadi 16 siswa.

Dia menambahkan, khusus untuk SD kelas 6 tahun ini juga dipastkan sudah ada lulusan, karena tahun ini sudah ada angkatan, sehingga mereka akan ikut ujian untuk masuk SMP.

“Dari kami Yayasan kerjasama dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Gemilang untuk paket A, B dan C, kemudian tahun ini kami juga akan menyerahkan beberapa ijazah paket A, paket B dan ini juga gratis,” terangnya.

Theresia mengaku, operasional dan pengelolaan yayasan memang awalnya semua dilakukannya secara pribadi sebagai pendiri dan dibantu oleh ketua yayasan, Norman Tambunan.

“Sebenarnya sudah mendapatkan hibah tanah disamping kampung tersebut untuk pembangunan sekolah, akan tetapi sampai sekarang bangunannya belum ada,” ucapnya.

Theresia mengaku sangat miris dengan kondisi tersebut, pasalnya sejak sekolah berdiri ada beberapa orang yang pernah berkunjung baik itu dari pusat maupun daerah, bukannya memberikan bantuan, namun seolah-olah menjadikan tempat itu seperti orang berwisata, datang foto selfi lalu pulang.

“Saya sedikit terharu selama ini orang-orang tidak pernah bantu kami saya kaget kalau dari Kejaksaan Tinggi Papua Barat bisa bantu kami terima kasih banyak ini sangat berarti bagi anak-anak yang membutuhkan,” ungkapnya lagi.

Theresia mengatakan, apa yang dia lakukan semata-mata karena panggilan hati. Dirinya pun tidak pernah mempermasalahkan jika anak-anak datang ke sekolah dengan menggunakan baju bola maupun baju biasa asalkan bisa datang dan belajar.

“Karena memang kondisinya seperti ini dan dari dulu pakai terpal terus sekarang masih spanduk ke spanduk dindingnya, harapan kami di tempat ini akan dibangun sekolah sementara yang layak dipakai untuk anak kita biar mereka tidak kehujanan lagi,” harapnya.

Thersia hanya berharap dukungan dan bantuan dari orang lain, karena selama ini sudah sangat capek untuk mengajukan proposal baik ke provinsi maupun kabupaten namun tidak ada tindaklanjutnya.

Dirinya menginginkan pemerintah harus mengetahui bahwa ini hanya bagian terkecil sebab masih banyak anak Papua yang membutuhkan perhatian dalam hal pendidikan dan tidak terjangkau dan mereka putus sekolah.

Dia berharap semua pihak bergandengan tangan dan terus membantu anak-anak Papua yang lebih maju dan cerdas.

“Ini sekolah kami sudah ada dan terdaftar, sudah ada Nomor Pokok Sekolah Nasional dan anak-anak di sekolah kami semua terdaftar di Dapodik. Tahun ini kami sudah dapat dana BOS,” pungkasnya. [AND-R4]

Previous Post

Tiga KPU di Papua Barat Perpanjang Waktu Pendaftaran Pasangan Balon Kepala Daerah

Next Post

Perekrutan Anggota DPRK Jalur Otsus di Enam Daerah di Papua Barat Masih Berjalan

Next Post
Perekrutan Anggota DPRK Jalur Otsus di Enam Daerah di Papua Barat Masih Berjalan

Perekrutan Anggota DPRK Jalur Otsus di Enam Daerah di Papua Barat Masih Berjalan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ADVERTORIAL ASTON

Browse by Category

  • ARTIKEL
  • BINTUNI
  • Blog
  • BUDAYA & PARIWISATA
  • DAERAH
  • DIKKES
  • EKBIS
  • HUKUM & KRIMINAL
  • INFO GRAFIK
  • KABAR PAPUA
  • KAIMANA
  • KESEHATAN
  • LINTAS NUSANTARA
  • LINTAS PAPUA
  • MANOKWARI
  • MANSEL
  • NASIONAL
  • News
  • PAPUA BARAT
  • PAPUA BARAT DAYA
  • PARLEMENTARIA
  • PEGAF
  • PENDIDIKAN
  • POLHUKRIM
  • Post
  • TELUK WONDAMA
  • Uncategorized
  • VIDEO

© 2022 TABURAPOS - Akurat dan Cerdas.

No Result
View All Result
  • Home
  • PAPUA BARAT
  • MANOKWARI
  • DAERAH
    • MANSEL
    • PEGAF
    • BINTUNI
    • TELUK WONDAMA
  • POLHUKRIM
    • HUKUM & KRIMINAL
    • PARLEMENTARIA
  • DIKKES
    • BUDAYA & PARIWISATA
    • KESEHATAN
    • PENDIDIKAN
  • EKBIS
  • KABAR PAPUA
  • LINTAS PAPUA

© 2022 TABURAPOS - Akurat dan Cerdas.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
error: Content is protected !!