Manokwari, TP – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Papua Barat di tahun ini membuka fasilitas unit layanan hemodelisa atau layanan cuci darah bagi pasien gagal ginjal dan unit layanan pemeriksaan jantung.
Direktur RSUD Papua Barat, dr. Arnoldus Tiniap mengatakan, pihaknya tengah mempersiapkan ruangan, melatih tenaga medis dan melengkapi sarana dan prasarana pendukung lainnya, guna mendukung operasional dari dua unit layanan unggulan ini.
Dikatakan Tiniap, sejak tahun 2023 lalu, RSUD Papua Barat mendapatkan bantuan dana alokasi khusus (DAK) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dengan nilai anggaran Rp. 35 miliar.
Kemudian, di tahun anggaran 2024 pihaknya mendapatkan bantuan DAK lagi senilai Rp. 18 miliar yang diserahkan dalam bentuk bantuan peralatan medis.
Sehingga, sambung dia, bantuan DAK yang diterima pihaknya dalam bentuk 2 peralatan medis diantaranya, peralatan medis Emeray Hemodialysis Machine senilai Rp. 30 miliar dengan spek diagnostic paling tinggi dan pertama di RSUD Papua Barat.
Lalu, bantuan peralatan medis mamografi untuk pemeriksaan radiologi untuk mendeteksi dan mendiagnosis kanker payudara, termasuk peralatan kesehatan untuk ibu dan alat.
Sedangkan, tambah dia, untuk alat pemeriksaan jantung atau alat untuk menilai penyumbatan pada pembuluh darah direncanakan tahun ini akan segara dikirimkan dari Kemenkes ke RSUD Papua Barat.
“Mudah-mudahan dengan persiapan yang kita lakukan saat ini, pada Februari mendatang unit layanan hemodelisa sudah bisa beroperasi. Sedangkan, unit layanan jantung mudah-mudahan dipertengahan tahun ini sudah beroperasi,” kata Tiniap kepada wartawan di gedung auditorium PKK Arfai Perkantoran, Rabu (8/1/2025).
Diungkapkan Tiniap, tahun ini pihaknya mendapatkan alokasi anggaran senilai Rp. 52 miliar rumah bersumber dari APBD Papua Barat Tahun Anggaran 2025.
Dimana, sambung dia, alokasi anggaran ini difokuskan untuk pengembangan pelayanan kesehatan dan melengkapi sarana dan prasarana medis untuk membuka layanan unggulan sebagai rumah sakit rujukan wilayah.
“Dua unit layanan unggulan inilah yang sementara lagi kita fokuskan. Mungkin kedepan, kita hanya menambahk beberapa unit-unit tertentu termasuk menambah keahlian perawat,” ujar Tiniap.
Ia mengakui, pihaknya tidak dapat langsung membuka melayani semuanya, tetapi secara bertahap pihaknya akan dilengkapi layanan kesehatan di RSUD Papua Barat.
Untuk layanan dasar lainnya, kata Tiniap, sudah berjalan normal seperti unit layanan penyakit
dalam, layanan bedah, termasuk unit layanan ortopedi, layanan mata, saraf, unit pelayanan anak, bahkan sudah ada unit layanan penyakit jiwa.
“Inilah pelayanan kesehatan dasar yang sudah berjalan dan tinggal kita tingkatkan saja. Dua unit layanan unggulan baik, hemodelisa dan jantung ini untuk memperkuat RSUD Papua Barat sebagai rumah sakit rujukan wilayah,” ujarnya.
Menurutnya, tidak ada gunanya peralatan medis yang canggih atau sumber daya manusia (sdm) yang tinggi, tetapi bekerja di rumah sakit merupakan panggilan pelayanan.
“Jadi, kalau sebagai dokter, bidang, bahkan sebagai security dan cleaning servis harus memberikan pelayanan untuk kita sebesarnya, karena yang datang berobat adalah keluarga kita juga dan pada saatnya kita juga akan membutuhkan pelayanan kesehatan,” katanya.
Untuk itu, dirinya berharap, standar pelayanan kesehatan inilah yang harus dipegang. Rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, jangan dilihat sebagai benda mati atau alat-alatnya yang canggih, tapi wujud nyata pelayanan itulah yang harus diberikan.
Sebab, sambung dia, kalau peralatan canggih dan SDM yang cerdas serta unggul, mungkin mudah saja didapati, namun untuk mengubah pelayanan dengan ramah dan lain sebagainya sangatlah dan membutuhkan proses.
“Semboyang RSUD Papua Barat adalah melayani dengan kasih, artinya mempunyai makna luas yakni, melayani dengan senyum, ramahtama dan rendah hati, ini memang butuh proses. Cara berpikir inilah yang lagi saya dorong agar dapat ditingkatkan dan diwujudnyatakan, karena inilah pelayanan seutuhnya,” tandas Tiniap. [FSM-R5]