
Manokwari, TP – Truk Mitsubishi berwarna kuning bernopol PB 8374 MC yang mengangkut 34 orang, mengalami kecelakaan di Km. 10, dekat Kampung Duadbey, Distrik Warmare, Kabupaten Manokwari, Rabu (13/4) sekitar pukul 03.00 WIT.
Dari 34 orang itu, sebanyak 18 orang meninggal dunia, terdiri dari 16 laki-laki, 1 perempuan, dan seorang balita.
Rinciannya, dari 18 orang yang meninggal dunia, 13 orang meninggal dunia di tempat kejadian perkara (TKP), termasuk sopir serta 5 orang lagi meninggal dunia di Rumah Sakit Pratama Warmare.
Kasubsi Operasi dan Siaga Basarnas Manokwari, Marthinus Pebrian menerangkan, pihaknya menerima informasi kecelakaan maut itu dari seorang anggota Satlantas Polres Manokwari.
Dikatakannya, setelah menerima informasi itu, Tim Basarnas langsung melakukan breafing dan menuju ke lokasi.
“Kita terima laporan dari anggota Lantas, lalu dikirimin video malam hari. Kejadian yang kita tahu sepertinya sekitar jam 3 subuh,” kata Pebrian yang dikonfirmasi Tabura Pos via ponselnya, semalam.
Setelah tiba di lokasi, Tim Basarnas dibantu unsur potensi SAR berupaya melakukan evakuasi terhadap 13 korban yang sudah meninggal dunia.
“Yang kita terima informasi, yang kita tahu saja ada 20 korban. Sampai di lokasi, ternyata informasi dari Kapolsek Warmare, sebagian korban sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Pratama Warmare, Rumah Sakit Angkatan Laut. Yang tersisa di lokasi tinggal 13 jenazah dan itu yang Tim Basarnas evakuasi ke RSUD Manokwari,” tambahnya.
Ia mengungkapkan, pihaknya menerima laporan bahwa 3 korban yang sebelumnya dievakuasi terlebih dahulu ke Rumah Sakit Pratama, akhirnya meninggal dunia.
“Tiga korban yang dievakuasi ke Rumah Sakit Pratama yang meninggal dunia itu kemudian dibawa teman-teman P
olsek Warmare ke RSUD Manokwari bergabung dengan 13 jenazah yang dievakuasi Basarnas. Jadi, total itu ada 16 orang meninggal dunia,” rincinya.
Namun, sambung dia, berselang sejam kemudian, pihaknya menerima informasi ada tambahan 2 korban yang meninggal dunia. Kedua korban ini yang dievakuasi sebelum pihaknya tiba di lokasi.
“Jadi, selang satu jam kita terima informasi bahwa dua korban kritis yang sebelumnya sudah dievakuasi duluan, meninggal dunia. Jadi, korban meninggal dunia yang sesuai data kami input di lapangan ada 18 orang,” sebut Pebrian.
Dia mengaku belum tahu pasti sumber yang menyebut ada tambahan 1 korban meninggal lagi, sehingga disebut total ada 19 orang meninggal dunia.
“Yang ke-19 yang meninggal dunia, kami belum tahu informasinya dari siapa, sumbernya informasinya belum. Saya juga masih gali informasi, karena yang kita evakuasi di lokasi 13 orang ditambah 3 orang dari Rumah Sakit Pratama, yang langsung dievakuasi ke RSUD Manokwari dan 2 orang meninggal dunia informasi tambahan,” jelas Pebrian.
Dikatakan Pebrian, dengan sudah dievakuasinya semua korban, maka operasi pencarian dan pertolongan oleh Tim Basarnas Manokwari secara resmi ditutup.
Sementara itu, pihak kepolisian menduga kecelakaan itu akibat rem blong, sehingga sopir kehilangan kendali dan truk keluar jalur lalu menabrak tebing di bagian kiri jalan.
Kapolres Manokwari, AKBP Parasian H. Gultom mengatakan, sesuai hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), selain hilang kendali, kecelakaan terjadi akibat kondisi jalan yang menurun, tikungan tajam, dan kondisi ban mobil yang tidak layak.
Di samping itu, mobil juga mengalami kelebihan muatan, dimana selain mengangkut 34 orang, juga mengangkut 103 batang kayu besi, 1 rangkaian plat besi cor berukuran 16 mm, 1 sepeda motor Yamaha Jupiter tanpa TNKB, 1 chain saw, dan barang-barang milik korban.
“Mobil datang dari Anggi menuju Manokwari. Sampai di TKP, pengemudi kurang berhati-hati, sehingga saat jalan menurun, mobil tidak mampu menahan beban, sehingga pengemudi hilang kendali dan langsung meluncur menabrak bagian kiri gunung yang mengakibatkan penumpang yang berada di bak belakang terpental. Ban mobil bagian belakang sebelah kiri juga tidak layak jalan atau sudah gundul,” beber Kapolres kepada para wartawan di Polres Manokwari, Rabu (13/4).
Penyebab kecelakaan juga akibat faktor cuaca, dimana saat itu truk melaju pada malam hari atau sudah gelap dengan kondisi jalan beraspal kering dan menurun disertai tikungan tajam. Sementara di pinggir badan jalan juga tidak dilengkapi pagar pelindung, rambu-rambu peringatan atau penerangan.
Sopir, tambahnya, diduga juga tidak mampu menguasai kendaraan sesuai posisi persneling di tuas kendaraan setelah kecelakaan berada pada titik persneling gigi 3 dengan posisi engine break menyala dan rem tangan posisi tegang atau tertarik, disertai muatan melebihi kapasitas.
Diungkapkan Gultom, saat kecelakaan ini, terdapat 34 penumpang, 1 sopir, 2 orang duduk di samping sopir, dan 31 orang berada di bak belakang.
Ditambahkannya Kapolres, untuk 16 orang yang luka-luka, yakni 10 orang luka berat, terdiri dari 9 laki-laki dan 1 perempuan, sedangkan 6 orang lagi menderita luka ringan. Untuk kerugian materil akibat kejadian ini ditaksir mencapai Rp. 250 juta.
“Untuk korban selamat saat ini, 5 orang menjalani perawatan di RSAL Manokwari, 5 orang di Rumah Sakit Pratama, dimana 2 orang diantaranya sudah dipulangkan ke keluarga. Kemudian, 2 orang dirawat di RSUD Papua Barat dan 4 orang rawat jalan,” sebut Kapolres.
Dicecar soal asal truk yang mengangkut puluhan orang itu, Kapolres menjelaskan, hasil pemeriksaan sementara dari 3 korban selamat, mereka mengaku berasal dari camp di Catubouw dan diduga mereka adalah penambang.
Tujuan mereka ke Manokwari, tambah dia, mereka hendak merayakan Paskah dan sebagian lagi ingin kembali ke keluarga. “Untuk kendaraan sementara masih di lokasi karena membutuhkan peralatan lain untuk mengangkut itu. Jadi, sementara masih di TKP,” ungkapnya.
Dicecar soal kegiatan penambangan emas ilegal, Kapolres menjelaskan, terkait kegiatan itu memang sudah banyak korban. Ke depan, Kapolres berharap, pihak kepolisian akan berkoordinasi dengan semua stakeholder, bukan hanya pemda, tetapi juga pemilik hak atas tanah yang dipakai sebagai lokasi penambangan tersebut.
“Tentunya ini akan kami dorong untuk duduk bersama seperti apa penyelesaiannya terkait kegiatan penambangan ilegal yang sudah marak terjadi,” kata Kapolres.
Secara terpisah, Ketua Ikatan Flobamora Papua Barat, Clinton Tallo mengatakan, para korban yang meninggal dunia akibat kecelakaan itu merupakan warga dari 4 suku di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bekerja sebagai penambang. Mereka dipekerjakan salah satu perusahaan dengan bos Toko Tengah, Sanggeng, Manokwari.
“Korban yang meninggal dunia adalah warga Flobamora. Mereka pekerja tambang emas di Pegaf yang dipekerjakan oleh bos Toko Tengah,” sebut Tallo.
Ia mengaku, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pimpinan Toko Tengah dan mereka menyatakan siap bertanggung jawab menanggung semua biaya, termasuk proses pemulangan jenazah ke kampung halamannya.
Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari bos Toko Tengah, apakah benar para korban ini merupakan pekerjanya seperti yang diutarakan Ketua Ikatan Flobamora.
Sebab ketika hendak dikonfirmasi, Rabu (13/4) sore, Toko Tengah yang disebut-sebut tampak tutup dan tidak ada aktivitas perbelanjaan seperti hari biasanya.
Dari pantauan Tabura Pos di kamar mayat RSUD Manokwari, semalam, pihak Polres Manokwari tampak sibuk melakukan proses identifikasi. Proses identifikasi diiringi isak tangis dan deraian air mata dari keluarga para korban.
Setelah diidentifikasi, selanjutnya jenazah para korban diserahkan ke pihak keluarga dan direncanakan akan diterbangkan ke kampung halaman masing-masing menumpang pesawat komersil.
Untuk nama-nama korban yang meninggal dunia, yaitu: Servasius Lelok (40 tahun), Adriruna N ( Sopir – 24 tahun), Ardianus King, Hengky Boymau (32 tahun), Santus, Alexander Mauk (43 tahun), Gregorius Kefi (43 tahun), Stevanus Malik (39 tahun), Lau Seroas (35 tahun), dan Edmon Aliando, Bernadus Nahak (25 tahun), dan Linda (20 tahun).
Kemudian, Paulus, Istin Nahak (3 tahun), Vincensius Nahak (40 tahun), Yohanes Tomahuk (25 tahun), Longginus (30 tahun), dan Eduardus Berek (27 tahun) yang bekerja sebagai operator excavator. Sedangkan identitas para korban selamat belum diketahui secara pasti. [SDR/AND-R1]