
Manokwari, TP – Jenazah Marinus Y. Pattiwael alias Boy (43 tahun), seorang penambang emas dikabarkan hanyut di Kali Dingin, Distrik Minyambou, Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf), Kamis (7/4) lalu.
Selanjutnya, jenazah korban langsung dimakamkan pihak keluarga korban di pemakaman Kampung Wasai, Anday, Distrik Manokwari Selatan, Manokwari, Selasa (12/4) malam.
Prosesi pemakaman tidak disaksikan istri dan ketiga anaknya yang ada di Tual, Kabupaten Langgur, Maluku.
Dari informasi yang dihimpun Tabura Pos, upaya pencarian terhadap korban setelah dikabarkan hanyut di Kali Dingin, jenazah korban baru ditemukan, Minggu (10/7) siang.
Ironisnya, jenazahnya tidak bisa langsung dievakuasi ke Manokwari, karena kondisi cuaca tidak memungkinkan proses evakuasi.
Jenazahnya baru dievakuasi ke Manokwari, Senin (11/4) menumpang helicopter yang mendarat di SP 3, Distrik Prafi, Kabupaten Manokwari. Dari SP 3, jenazah korban dibawa pihak keluarga dan kerabat ke RSUD Manokwari.
Menurut keterangan salah satu keluarga korban yang enngan namanya dikorankan, korban memang sempat mengeluh sakit Malaria dan hendak turun ke Manokwari untuk berobat. Sejumlah rekan korban sempat menawarkan untuk mengantar korban menyeberangi sungai, tetapi korban memilih jalan sendiri menyeberangi Kali Dingin.
“Nah, kemungkinan kondisi saudara kami ini sudah mulai lemah saat menyeberang sungai itu, sehingga ketika menyeberang, korban dengan mudah tergelincir dan terbawa arus yang sebenanrnya dari informasi rekan kerja korban, ketinggian dan arus air Kali Dingin masih batas normal,” ungkapnya.
Sementara Kepala Suku Kei, Kabupaten Manokwari, Moses Naraha yang mengikuti prosesi pemakaman, mengungkapkan, peristiwa naas yang dialami Marinus baru diketahuinya setelah dirinya dihubungi keluarga korban melalui telepon seluler, Senin (11/4) sekitar pukul 17.00 WIT.
Dalam pembicaraan itu dikabarkan jika jenazah Marinus sudah tiba di RSUD Manokwari. Setibanya di RSUD Manokwari, lanjut Naraha, jenazah korban sudah dikremasi, karena kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk dibuka lagi.
Dari informasi yang diperolehnya, lanjut Naraha, korban datang merantau ke Manokwari, sedangkan istri dan anaknya masih tinggal di Tual. Korban ini baru sekitar 3 bulan di Manokwari.
Setelah mendengar sejumlah keterangan, ia mengatakan, pihak keluarga menyimpulkan peristiwa ini murni kecelakaan. Sebab, ada saksi yang menyebutkan bahwa seorang bapak sempat menawarkan dirinya membantu korban menyeberang kali, tetapi korban tidak mau merepotkan orang lain dan mengaku bisa menyeberang sendiri.
“Ternyata ketika menyeberang kali, korban hanyut, itu sudah kehendak Tuhan. Jadi, kami keluarga yang ada di Manokwari dengan ikhlas menyatakan meninggalnya Marinus adalah kehendak Tuhan. Makanya, kami tidak meminta visum atau membuat laporan polisi,” terang Naraha kepada Tabura Pos, Rabu (13/4) siang.
Ia menambahkan, pihak keluarga juga mengucapkan terima kasih kepada rekan kerja dan bos yang mempekerjakan Marinus sebagai pendulang emas, karena telah memberikan perhatian sejak pencarian, evakuasi sampai proses pemakaman berjalan lancar.
Ditanya apakah ada tuntutan keluarga terhadap bosnya, Naraha mengatakan, selaku orang tua dan Kepala Suku Kei di Manokwari, bosnya akan mendatangkan istri dan ketiga anaknya ke Manokwari pada kesempatan pertama.
Namun, sepertinya keluarga di kampung juga sudah ikhlas, tetapi perkembangan selanjutnya masih menunggu kepastian dari istrinya.
Sekaitan dengan kejadian ini, ia berharap para bos pendulangan emas menyiapkan petugas medis dan stok obat, sehingga bisa memberikan pertolongan pertama ketika ada pendulang yang sakit. Apalagi, jarak tempuh dari jalan kampung ke lokasi pendulangan sekitar 5 sampai 6 jam perjalanan.
“Apalagi jumlah pendulang emas yang kita dengar sudah mencapai ribuan orang di lokasi pendulangan. Kasihan ade ini sebagai operator alat berat sedang membuka jalan menuju lokasi pendulangan yang baru tetapi kita jatuh tidak dapat langsung ditangani. Belajar dari peristiwa yang dialami Marinus, tentu kita tidak mau ada korban lain lagi. Untuk itu, posko pelayanan kesehatan darurat di lokasi pendulangan itu penting disiapkan para bos pendulang emas,” pungkas Naraha.
Untuk sekedar diketahui, sejumlah gambar proses evakuasi korban ketika diturunkan dari helicopter di SP 3, Prafi untuk dibawa ke RSUD Manokwari menumpang mobil Toyota Hilux sempat viral di media sosial Facebook. Berbagai ucapan turut berduka cita mengomentari postingan tersebut. [K&K-R1]