Manokwari, TP – Tidak bisa dipungkiri tahu dan tempe menjadi lauk yang banyak digemari masyarakat di Manokwari. Tahu dan tempe menjadi pilihan utama masyarakat sebagai lauk bila harga ikan dan ayam sedang mahal.
Namun, tingginya minat masyarakat terhadap tahu dan tempe tidak dibarengi dengan produksi kedelai sebagai bahan utama pembuatan dua lauk tersebut.
Petani di Manokwari, bahkan dikabarkan sudah lama tidak menanam kedelai. Sehingga, bahan utama pembuatan tahu dan tempe mau tidak mau didatangkan dari luar Manokwari.
Sekaitannya dengan itu, Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Holtikultura Kabupaten Manokwari, Serdion Rahawarin, membenarkan bahwasannya petani di Manokwari sudah tidak lagi menanam kedelai.
“Kalau kedelai di Manokwari kita punya petani ada di Sidey, tapi sekarang mereka tidak tanam kedelai lagi,” kata Serdion kepada Tabura Pos di Kantor DPRK Manokwari, belum lama ini.
Diungkapkannya, alasan petani di Manokwari sudah tidak menanam kedelai, karena biasanya hasilnya rusak. Selain itu, harga kedelai dari luar daerah yang didatangkan pembuat tahu dan tempe harganya lebih murah.
“Kalau petani di Sidey tidak tanam kedelai sudah hampir lima tahun terakhir ini. Bahan tahu dan tempe didatangkan dari luar. Alasan tidak tanam karena kualitas dan harga dari luar lebih murah,” jelasnya lebih lanjut.
Serdion Rahawarin menambahkan, dari pihak dinas tidak bisa memaksakan petani untuk menanam kedelai, karena para petani yang mengetahui dan merasakan untung dan ruginya.
Di lain sisi, kata Serdion, saat ini fokus swasembada pangan di Manokwari difokuskan pada padi, karena selain untuk memenuhi jatah pegawai tetapi juga permintaan beras di luar jatah bagi pegawai juga cukup besar.
“Kalau untuk kedelai kembali lagi ke kelompok tani mereka melihat dari keuntungan. Kita fokus sekarang kembangkan padi,” pungkasnya. [SDR-R4]