Manokwari, TP – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Manokwari mengingatkan masyarakat di Manokwari bahwa penyakit Tuberculosis (TBC) masih menjadi ancaman serius.
Dikatakan Plt Kepala Dinkes Kabupaten Manokwari, Marthen L. Rantetampang, penyebaran penyakit penular tersebut menunjukkan terus menunjukkan tren meningkat di Manokwari. Bahkan secara nasional, data menunjukkan kasus TBC di Manokwari cukup tinggi.
“Penyakit yang masih sangat menakutkan di Manokwari menurut saya masih tuberculosis atau TBC. Kalau datanya saya kurang hafal. Tapi ada peningkatan,” jawab Rantetampang saat ditanya para wartawan di Kantor Bupati, belum lama ini, tentang penyakit berhabaya saat ini di Manokwari.
Menurutnya, TBC masih dianggap biasa oleh masyarakat. Tetapi, sebenarnya merupakan penyakit yang sangat serius. Selain menular, pengobatannya pun tidak boleh putus. Terlebih bagi pengidap TBC yang sudah resisten terhadap obat.
“Ini penyakit yang mungkin dianggap biasa, tetapi sebenarnya sangat serius,” tegasnya.
Ditanya seputar pengawasan terhadap pengidap TBC, Rantetampang menerangkan, upaya pelacakan dan pelaporan kasus TBC telah berjalan konsisten di tingkat puskesmas dan rumah sakit.
Di samping itu, saat ini Dinkes Manokwari menggunakan aplikasi pemantauan pasien TBC yang memungkinkan petugas kesehatan melacak data pasien, meskipun berpindah fasilitas layanan kesehatan.
“Setiap pasien yang datang berobat akan tercatat dalam sistem. Jadi meskipun mereka berpindah faskes, pengobatannya tetap bisa dilanjutkan dengan pengawasan,” ungkapnya.
Mantan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Manokwari ini menerangkan, dalam pengobatan penyakit TBC, pengidap harus meminum obat secara rutin dan tidak boleh putus. Jika putus mengkonsumsi obat bisa jadi resiten terhadap obat.
“Jika pasien menghentikan konsumsi obat sebelum tuntas ini sangat berbahaya. Virus di tubuhnya bisa berkembang menjadi resisten. Pengobatannya jadi jauh lebih rumit,” terangnya.
Ia menambahkan, masih terdapat pasien yang belum pernah menjalani pengobatan, namun sudah terdeteksi memiliki kekebalan terhadap obat TBC.
Pengidap TBC harus menjalani pengobatan secara tuntas, meski memerlukan waktu lama. Jika tidak, pengobatan harus diulang dari awal dengan metode berbeda yang lebih kompleks dan memakan biaya lebih besar.
“Ini butuh kesadaran penuh dari pasien. TBC bisa disembuhkan, tetapi harus dengan kedisiplinan tinggi. Jika pengobatan tidak tuntas, risiko penularan juga semakin besar,” tegasnya.
Menurutnya, Dinkes Manokwari akan terus memperkuat edukasi kepada masyarakat, serta melakukan pendampingan terhadap pasien, guna memastikan penanganan TBC berjalan efektif dan mencegah penyebaran lebih luas di Manokwari. [SDR-R4]