Ransiki , TP – Aksi pemalangan jalan dan pembakaran ban yang dilakukan warga di jalan Trans Papua Barat, ruas Manokwari-Bintuni tepatnya di Jembatan Kali Mati, Kampung Sabri, Kabupaten Mansel, Kamis (18/9) siang, akhirnya berhasil dibuka sekitar pukul 22.20 WIT.
Pembukaan palang dilakukan dengan pemotongan bambu oleh Plt. Sekda Kabupaten Mansel, Adolop Kawey, SH disaksikan Bupati Mansel, Bernard Mandacan, S.IP, Kapolres Mansel, AKBP Marzel Doni, SIK, MH, dan Dandim 1808/Mansel, Letkol Inf. Irwansyah, S.Sos, M.Si.
Palang baru bisa dibuka setelah Bupati Mansel, Bernard Mandacan, bernegosiasi dengan masyarakat melalui Tokoh Intelektual Arfak, Christofol R. Mandacan dan Ketua Pemuda Arfak, Maikel Inden.
Setelah bernegosiasi, masyarakat akhirnya sepakat membuka palang dan memadamkan api dibantu dengan personel TNI-POLRI yang berjaga di lokasi pemalangan, sekira pukul 22.20 WIT, ratusan kendaraan yang tadinya tertambat karena pemalangan kurang lebih 10 jam lamanya, mulai bisa melanjutkan perjalanan dan arus lalu lintas di ruas jalan Manokwari-Bintuni kembali lancar.
Pada kesempatan itu, Bupati Mansel, Bernard Mandacan menyampaikan, permohonan maaf kepada masyarakat Mansel, sekaligus berterimakasih karena aksi pemalangan yang dilakukan dengan aman-aman saja tanpa anarkis, dan juga berterima kasih kepada TNI-POLRI yang mengawal proses pemalangan ini sehingga tetap aman dan kondusif.
Terhadap anak-anak Mansel yang tidak terakomodir dalam seleksi calon Praja IPDN sehingga memicu pemalangan, dia berjanji kedepan akan mengajukan tambahan kuota IPDN untuk Kabupaten Mansel, dari 2 menjadi 4, jika pemerintah pusat mengizinkan, bahkan dibiayai dari dana otsus.
“Jadi malam hari ini kita buka palang, besok saya siap bertemu dengan masyarakat kita bicara solusi yang baik seperti apa,” pinta Bupati Bernard.
Menurut dia, kedepan pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin supaya jatah IPDN untuk Mansel tetapi di isi oleh murni anak-anak Mansel, anak-anak dari kabupaten lain silahkan mengikuti seleksi di kabupaten masing-masing.
Dirinya menegaskan, Tanah ini dimiliki oleh 4 Suku yakni Hatam, Sougb, Sough bohon dan Wamesa, maka hak atas tanah ini harus tetap dipertahankan.
Sementara itu, Ketua Pemuda Arfak, Maikel Inden mengatakan, pemalangan ini jelas untuk menuntut hak anak-anak Arfak dalam kuota IPDN, lebih khusus kepada 3 Suku yakni Hatam, Sougb, Sough bohon.
Mengingat orang Arfak sangat sedikit yang terakomodir dalam sekolah-sekolah kedinasan selama ini, maka peluang secara khusus harus diberikan kepada 3 Suku ini, karena kuotanya sedikit hanya 2 kursi.
Sedangkan, Christofol Mandacan meminta, kedepan jangan lagi terjadi seperti ini, supaya jangan lagi terjadi pemalangan pemerintah harus memberikan solusi, dalam hal ini kuota sekolah kedinasan harus dikasi kesempatan untuk anak-anak Arfak yang ada di Mansel.
Dia mengaku, sangat kecewa dengan pemerintah karena anak Arfak tidak terakomodir dalam kuota IPDN khusus Mansel tahun 2025, padahal jika dihitung baru sedikit anak Arfak yang masuk IPDN.
Dirinya meminta, kedepan jika ada seleksi IPDN lagi, pemerintah daerah harus ambil langkah meminta kuota sendiri dan seleksi terbuka secara khusus bagi anak-anak Arfak, sehingga mereka bisa bersaing dengan sesama mereka sendiri.
Christofol Mandacan menyatakan, seluruh masyarakat Mansel siap mendukung Bupati dan menaruh harapan kepada bapak Sekda.
“Kita su sepakat jangan ganggu kitong pu piring makan, untuk sekolah kedinasan hanya Hatam, Sougb, Sough bohon saja, jangan ada yang masuk, ternyata ada yang masuk. Yang bersangkutan harus mundur,” pungkas dia. [BOM-R2]


















