Manokwari, TP – Sebanyak 99 mahasiswa-mahasiswi Universitas Caritas Indonesia (UNCRI) Manokwari, menerima bantuan pendidikan Program Indonesia Pintar (PIP) yang bersumber dari Aspirasi Ketua Komite III DPD-RI Perwakilan Papua Barat, Doktor Filep Wamafma, Senin (27/10/2025).
Secara simbolis Ketua Komite III DPD-RI, Doktor Filep Wamafma menyerahkan buku tabungan BNI kepada mahasiswa yang bersangkutan didamping oleh orang tua wali.
Rektor UNCRI, Prof. Robert K.R. Hammar mengatakan, sebelumnya UNCRI hanya mendapat kuota beasiswa KIP sebanyak 15 mahasiswa dari Lemabaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI), penambahan kuota melalui aspirasi ini sangat berarti.
Dikatakan Hammar, dengan penambahan kuota 99 mahasiswa penerima bantuan pendidikan PIP di UNCRI, mudah-mudahan semua kampus swasta di Papua Barat yang berada di bawah LLDIKTI mendapatkan kesempatan yang sama.
Pada kesempatan itu, Hammar memgingatkan mahasiswanya agar bertanggungjawab dalam penggunaan beasiswa tersebut.
“Penggunaannya diperuntukan untuk mendukung proses pembelajaran dikampus,” singkat Hammar saat penyaluran bantuan PIP di UNCRI Manokwari.
Di tempat yang sama, Ketua Komite III DPD-RI, Doktor Filep Wamafma mengisahkan, tentang perjuangan pahit sejak dirinya menempuh pendidikan tinggi kala itu, d3ngan harapan hal yang sama tidak dialami oleh generasi muda Papua saat ini.
Dikatakan Wamafma, bantuan pendidikan PIP merupakan aspirasi yang disalurkan tahun ini benar-benar bermanfaat dan tepat sasaran.
Bantuan tersebut, harap dia, dapat menjadi jalan bagi mahasiswa Papua untuk menyelesaikan hingga berhasil mewujudkan cita-cita dengan gelar sarjana.
“Kalau masa lalu kita susah, maka tugas kita sekarang adalah membuat adik-adik kita bisa kuliah dengan bahagia, tanpa stres soal biaya. Orang tua juga tidak boleh lagi memikul beban seberat dulu,” ujar Wamafma saat menyampaikan sambutan pada acara penyaluran bantuan pendidikan PIP di UNCRI, Manokwari.
Dirinya menginginkan, anak-anak Papua harus jadi sarjana. Apapun tantangannya, apapun cobaan yang dihadapi, harus sampai wisuda.
Pada momentum itu, Wamafma menyinggung perilaku sebagian mahasiswa yang tidak bijak dalam mengelola dana beasiswa. Ia mencontohkan, ada penerima beasiswa dari luar Papua yang mampu menabung hingga puluhan juta rupiah, sedangkan sebagian mahasiswa Papua justru cepat menghabiskan uangnya untuk hal konsumtif.
“Begitu dana cair, gaya hidup langsung berubah. Ada yang beli iPhone, HP mahal, tapi absen kuliah. Bahkan ada yang bikin ‘koalisi perkawinan’ laki-laki dan perempuan hitung uang beasiswa, gabung jadi satu, lalu menikah. Akhirnya perempuan hamil, kuliah berhenti. Ini yang saya sebut koalisi gagal,” ungkapnya.
Ia meminta para orang tua ikut mengawasi dan menasihati anak-anak mereka agar tetap fokus menyelesaikan pendidikan. Filep menyebut, beasiswa yang diterima bukan sekadar bantuan, tetapi amanah yang harus dijaga dengan tanggung jawab dan disiplin.
“Saya ingin anak-anak Papua belajar sungguh-sungguh. Simpan sedikit-sedikit dari uang beasiswa untuk biaya KKN, skripsi, dan wisuda. Jangan nanti terlambat lulus hanya karena kehabisan uang,” tandas dia. [FSM-R2]


















