Manokwari, TP – Bripka Septinus Arui adalah anggota Satbinmas Polres Manokwari yang pernah malang melintang bertugas sebagai anggota Bhabinkamtibmas di Saukorem, Distrik Amberbaken, Kabupaten Tambrauw.
Setelah bertugas semenjak 2015 sebagai anggota Bhabinkamtibmas di Saukorem, Septinus Arui ditarik kembali ke Manokwari, pasca-pembentukan Polres Tambrauw, salah satu polres baru di wilayah Polda Papua Barat.
Di tempat tugasnya tersebut, Septinus Arui tidak hanya menjaga situasi kamtibmas, tetapi harus menjadi guru dadakan di beberapa sekolah yang jaraknya cukup berjauhan.
Tugas itu dilakoninya karena ada beberapa sekolah yang nyaris terbengkalai dan tidak terawat. Proses belajar dan mengajar tidak berjalan maksimal, karena gurunya jarang masuk, sedangkan animo anak-anak cukup antusias untuk mendapat pendidikan.
Kondisi itulah yang mengetuk hati sang Septinus Arui, sehingga mau meluangkan waktu, selain menjaga keamanan, juga menjadi guru dadakan. Kegiatan ini terus dilakoninya selama bertahun-tahun dengan bekal pengetahuan dan pengalaman seadanya.
Tidak ada rasa pesimis sedikit pun, meski harus berpindah-pindah dari satu sekolah ke sekolah lain dengan berjalan kaki pada medan dan akses transportasi yang belum memadai.
Dengan perjuangan dan kerja kerasnya itu, anak-anak di Saukorem sekarang mulai mendapatkan perhatian di bidang pendidikan. Proses belajar dan mengajar di sekolah sudah berjalan lagi.
Dari sekian banyak pengalaman dan cerita selama bertugas sebagai seorang anggota Bhabinkamtibmas, ada satu hal yang paling menyentuh hatinya.
Septinus Arui masih mau membantu seorang warga asal Rejomulyo, Karang Jati, Jawa Tengah bernama Tawar (50 tahun) yang hidup sebatang kara, di Saukorem.
Diceritakan Septinus Auri, Tawar adalah seorang warga binaannya semasa berdinas di Saukorem, kala itu mengalami kecelakaan kerja di Arfu, Kampung Wasnembri.
Tawar adalah seorang operator penebang pohon yang tinggal seorang diri pada salah satu camp di Saukorem selama bertahun-tahun.
Ketika bekerja, Tawar mengalami kecelakaan kerja, tertimpa pohon yang ditebangnya, sehingga harus menjalani perawatan intensif. Kondisinya perlahan-lahan mulai memprihatinkan.
Berbekal sepeda motor butut disertai lampu penerangan dari senter otomatis di tangan, karena saat itu sudah malam, Septinus Arui nekad untuk menemui Tawar yang menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Pratama, Warmare.

Setelah menemuinya di Rumah Sakit Pratama, Septinus Arui memutuskan untuk merujuk Tawar ke RSUD Manokwari supaya bisa mendapat penanganan medis yang lebih baik, karena kondisinya semakin memprihatinkan.
Persoalan belum berakhir. Selama Tawar menjalani perawatan di RSUD Manokwari, hampir semua waktunya dihabiskan untuk menemani dan merawat Tawar. Bahkan, urusan makan, minum, dan ke kamar mandi pun, Tawar harus dibantu Septinus Arui.
Datang lagi persoalan lain. Sebab, selama Tawar menjalani perawatan di RSUD Manokwari, tentu saja biaya pengobatan semakin membengkak, sementara keuangannya pun hanya cukup memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya.
Namun, Septinus Arui merasa bersyukur, pihak RSUD Manokwari juga terketuk hatinya membantu memudahkan persoalan biaya.
Hari demi hari berlalu, kondisi kesehatan Tawar mulai pulih, sehingga sudah diperbolehkan untuk keluar dari RSUD. Tawar pun memutuskan kembali untuk menjalani kehidupan tanpa anggota keluarga di Saukorem.
Sementara itu, Septinus Arui juga kembali menjalani rutinitasnya sebagai anggota Bhabinkamtibas di Polres Manokwari. Namun, dia mengaku tetap sering menghubungi Tawar, meski hanya menanyakan soal kabar atau kondisi kesehatan.
“Saya tidak bercerita tentang siapa dia dan dari mana. Saya membantu bukan karena saya kenal dia, tetapi saya peduli dan ini menyangkut nyawa dan hidup orang,” tegas Septinus Auri kepada Tabura Pos di Polres Manokwari, Rabu (27/7).
Ditegaskannya, Tawar memang tidak punya keluarga dan hidup seorang diri. “Saya prihatin dan tetap bersyukur, karena selalu diberi kemudahan,” tandas Septinus Arui menutup ceritanya. [AND-R1]