Manokwari, TABURAPOS.CO – Anak-anak membutuhkan lingkungan yang baik sebagai tempat mengekspresikan diri, mengembangkan minat dan bakat.
Untuk itu, salah satu yang seharusnya disediakan yakni sarana dan prasarana, seperti tempat hiburan terbuka atau taman bermain.
Dengan lingkungan yang baik, juga menjauhkan mereka dari pengaruh negatif, bahkan tindakan yang bisa saja melibatkan para anak-anak dalam aksi kriminalitas atau tindak kejahatan.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Kabupaten Manokwari, Regina A. Rumayomi mengutarakan, pada 2017, pernah dilakukan outbound untuk anak-anak yang masih berusia remaja.
Dikatakannya, mereka dikumpulkan dari berbagai daerah, lalu didorong untuk mengembangkan bakat, salah satunya dengan permainan futsal.
Namun, ungkap Regina Rumayomi, kegiatan outbound seperti itu hanya dilaksanakan dalam kurun waktu terbatas, sedangkan untuk melakukan pembinaan atau pendampingan terhadap anak-anak, khususnya berusia remaja harus berkelanjutan.
Untuk memaksimalkan kegiatan pembinaan dan pendampingan terhadap anak-anak, khususnya usia remaja, ia berharap pemerintah perlu menyediakan fasilitas tempat hiburan atau taman bermain sebagai wadah untuk mengembangkan diri secara mandiri.
“Manokwari butuh tempat bermain, mereka butuh hiburan, tempat hiburan yang terbukanya tidak ada, jadi membutuhkan sarana,” kata Regina Rumayomi kepada Tabura Pos di Kantor UPTD PPA Kabupaten Manokwari, Senin (29/8).
Diungkapkannya, dari hasil pendampingan dan pembinaan yang sudah dilakukan selama ini, pada umumnya anak-anak, terutama yang sudah putus sekolah dan sebagainya, mempunyai rasa trauma.
Sebab, lanjut dia, mereka merasa diasingkan teman-teman sebaya dan adanya indikasi stigma buruk terhadap mereka.
Ditambahkannya, Manokwari merupakan salah satu daerah yang masuk dalam Kota Layak Anak atau kota yang mampu merencanakan, menetapkan, serta menjalankan seluruh program pembangunan dengan orientasi hak dan kewajiban anak. Hal tersebut dimaksudkan agar anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
BACA JUGA: Kepala Dinas Pendidikan Berikan Penjelasan Kondisi SMPN 15 Rendani
“Waktu masih di dinas, saya termasuk orang yang mendorong pembuatan akta gratis untuk 700 anak. Kalau orangtuanya belum menikah, kita kasih menikah. Kalau anaknya belum punya akta, kita yang urus di dinas. Itu kami punya 700 anak di daerah Pantura dan Prafi,” katanya.
Dirinya menambahkan, sebagai Kota Layak Anak, Manokwari seharusnya memperhatikan beberapa hal seperti sekolah ramah anak, puskesmas ramah anak, bandara ramah anak, pelabuhan ramah anak, jembatan penyeberangan dan sebagainya, tetapi di Manokwari beberapa hal ini masih banyak tidak dijumpai.
“Seperti jembatan penyeberangan di setiap sekolah, itu kan belum semua. Kalau tidak, bisa kecelakaan di situ. Ini hal sepele, tetapi bisa jadi masalah bagi mereka. Kemudian, puskesmas dulu kami inisiasi, tetapi yang dapat hanya Pusksesmas Sanggeng sebagai puskesmas yang ramah anak. Ada beberapa, tetapi saya dipindahkan di UPTD PPA dan tidak tahu sekarang,” tutup Regina Rumayomi. [AND-R1]
 
	    	 
		    

















