Bintuni, TP – Bandara Babo sejak tahun 2009 dikontrak oleh Perusahaan LNG Tangguh yaitu selama 5 tahun atau sampai tahun 2014. Namun sayangnya sampai hari ini masyarakat masih menjadi penonton karena hanya dimnikmati oleh karyawan perusahaan yang akan terbang dan turun ke Babo menuju perusahaan.
“Sesuai dengan isu yang ada bahwa Bandara Babo pada tahunj 2023 akan menjadi Bandara Komersil dimana masyarakat juga bisa menikmati pesawat yang turun naik lewat Bandara Babo.
Selain itu pajak juga akan jelas dan akan menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten Teluk Bintuni.

Dengan status Bandara babo akan menjadi Bandara Komersial maka kedepan warga masyarakat bisa berpartisipasi menggunakan Bandara tersebut jika ingin bepergian ke daerah lain,” ungkap Petuanan Babo atau kepala Kampung Irarutu III Distrik Babo Muharam Fiawe, Selasa (06/09/2022) kepada media ini ketika diwawancarai di Bintuni.
Muharam mengatakan bahwa pada prinsipnya masyarakat petuanan Babo yaitu Fiawe mendukung program pemerintah tetapi pemerintah harus tahu hak-hak adat atau petuanan itu bagaimana.
“Sebab status Bandara Babo tersebut sekarang itu kembali ke Tanah Adat Fiawe. Sehingga harapan saya kalau Pemerintah Teluk Bintuni mau mengambil alih pengelolaan Bandara Babo maka dia harus atur sesuai dengan jalur pemerintahan.
Sebab selama ini kita menjadi penonton dimana pesawat turun naik dari Bandara Babo tetapi masyarakat tidak menikmati perbangan pesawat-pesawat tersebut.
Tetapi yang lebih menikmati adalah perusahan-perusahaan yang ada terutama perusahaan LNG Tangguh.
Jadi Bandara Babo isunya pada pada tahun 2023 akan menjadi bandara komersial tentunbya warga masyarakat distrik Babo dan sekitarnya akan merasa nyaman dan senang sebab pajak bandara akan menjadi jelas serta masyarakat yang akan naik pesawat harus bayar dan tidak gratis.
Dengan jadwal penerbangan baik dari Babo – Manokwari – Jayapura atau Babo – Sorong – Ambon – Makassar – Jakarta,” terang Fiawe.
Menurut Muharam Fiawe bahwa Panjang Bandara Babo saat ini 1.300 meter dan akan diperpanjang lagi 600 meter oleh pemerintah Teluk Bintuni sehingga totalnya akan menjadi 1.900 meter dan lebar Bandara Babo sekitar 9 (sembilan) meter.
Sehingga kedepan Bandara Babo berpotensi akan didarati pesawat Boing atau Foker 27 yang dapat memuat 100 (seratus) lebih penumpang atau masyarakat Teluk Bintuni maupun karyawan perusahaan yang akan berangkat atau datang ke Teluk Bintuni melalui Bandara Babo tersebut,” sebut Fiawe.
Fiawe juga menambahkan bahwa petuanan Tanah Adat Babo yaitu Fiawe berkomitmen tetap mendukung pemeritah yang penting dari Kantor Dinas Perhubungan tahu adat jadi ganti rugi tanah adat itu tetap ada karena kita di Papua itu ada Otonomi Khusus.
“Saya yakin kalau nanti Kabupaten Babo Raya terbentuk maka Bandara Babo kalau dikomersialkan maka daerah bagian selatan Teluk Bintuni akan maju.
Disamping itu kalau bisa karyawan-karyawan perusahaan yang cuti itu jangan langsung berangkat tetapi dia harus bermalam dulu di Babo agar ekonomi rakyat bisa bertumbuh karena karyawan akan datang di situ berbelanja dan kalau hanya datang dan langsung berangkat maka tidak ada dampak ekomomi terhadap masyarakat lokal yang ada di Babo dan sekiatarnya,” tutur Muharam Fiawe.
Pelindo Pernah Berencana Bangun Dermaga Babo Jadi Pelabuhan Peti Kemas
Kepala Kampung Irarutu III itu juga mengungkapkan bahwa Pelindo pernah berencana menjadikan dermaga Babo menjadi Pelabuhan Peti Kemas namun sayangnya itu tidak terwujud karena dermaga Babo hanya Satker yang jangkauannya terbatas.
“Dimana buru-buru pelabuhan di Babo adalah buru liar yaitu buru-buru yang tidak terdaftar yang kerjanya manual menyebabkan harga-harga barang di pelabuhan Babo membengkak tinggi.
Tetapi kalau pelabuhan di Bintuni buruh itu bisa angkat barang dari pelabuhan ke gudang kalau di Babo buruhnya manual jadi mau kerja apa?.
Kenapa buruh Babo liar karena Koperasi TKBM tidak boleh dua hanya satu yaitu hanya ada di pelabuhan Bintuni.
Kalau pemerintah menginginkan perekonomian masyarakat di Babo dan daerah sekiarnya itu menjadi baik dan maju maka Bandara dan Dermaga Babo harus menjadi baik.
Karena kalau keduanya baik maka otomatis perekomian masyarakat juga akan bertumbuh dengan baik.
Kalau bandara dan dermaga Babo menjadi bagus maka dampaknya pada perekomian masyarakat pada 7 (tujuh) distrik disekitarnya seperti distrik Sumuri, Kaitaro. Fafurwar, Aroba, Kuri dan Wamesa serta Babo sendiri. Panjang dermaga Babo sendiri saat ini 50 meter dan lebar sekitar 7 meter,” pungkas Muharam Fiawe. [ABI-R4]