Ransiki, TP – Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, Klasis GKI Hatam Oransbari, di Kabupaten Manokwari Selatan menggelar Sidang I Klasis GKI Hatam Oransbari, yang berlangsung di Jemaat GKI Maranatha Oransbari, Mansel, Rabu (5/10).
Hadir pada Sidang I Klasis GKI Hatam Oransbari, Bupati Manokwari Selatan, Markus Waran, didampingi Wakil Bupati Manokwari Selatan, Wempi Welly Rengkung, beserta pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Manokwari Selatan (Pemkab Mansel).

Ketua Badan Pekerja Sinode Wilayah XII GKI di Tanah Papua, Pdt. Rosalin Wamafma mengatakan, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Badan Pekerja Sinode GKI di Tanah Papua, melalui SK dengan Nomor: 330/G-15.B/11/X/2022 tentang pengesahan dan penetapan bakal Klasis GKI Hatam Oransbari menjadi Klasis GKI Hatam Oransbari sebagai badan pendukung GKI di Tanah Papua.
Dikatakannya, sidang klasis sebagaimana diamanatkan pada tata Gereja, amandemen ketetapan sidang sinode GKI di Tanah Papua ke-18 di Kabupaten Waropen tahun 2022, menyebutkan bahwa sidang klasis adalah perayaan keselamatan dan pertanggungjawaban iman atas amanat Gereja dan sebagai tempat pengambilan keputusan tertinggi gereja.
Sidang klasis sebagaimana juga diamanatkan bertugas untuk melaksanakan evaluasi program dan anggaran pendapatan belanja di lingkungan Klasis GKI, menetapkan program pelayanan dan anggaran pendapatan belanja Gereja untuk lima tahun kedepan, menerima dan menetapkan jemaat serta memilih dan menetapkan Badan Pekerja Klasis untuk periode lima tahun kedepan. Namun, dalam keadaan tertentu klasis dapat melaksanakan sidang klasis khusus atas permintaan jemaat dan persetujuan Badan Pekerja Sinode.
Menurut Wamafma, berdasarkan peraturan dan kedudukan sidang klasis sebagaimana disebutkan di atas, maka diharapkan agar sidang dimaksud dapat berlangsung dengan tertib dan penuh wibawa agar maksud dapat tercapai. Sidang klasis sekaligus sebagai wadah evaluasi atas pekerjaan Pelayanan Gereja Tuhan di lingkungan klasis, juga sebagai tempat di mana dapat membahas dan menetapkan kegiatan dan program serta anggaran dan hal-hal yang bersifat penting bagi kehidupan jemaat di lingkungan klasis secara khusus bagi Klasis GKI Hatam Oransbari.
Berkaitan dengan pemilihan Badan Pekerja Klasis dan Ketua BPPG, agar kiranya peserta sidang klasis tetap berpedoman para peraturan pemilihan hasil ketetapan sidang GKI di Tanah Papua ke-18 di Kabupaten Waropen tahun 2022 serta merujuk pada Badan Pekerja Sinode.
Berkenan dengan pembukaan Sidang Klasis GKI Hatam Oransbari saat ini, selaku Badan Pekerja Sinode Wilayah XII GKI di Tanah Papua, dia pun menyampaikan beberapa hal penting yang menjadi atensi untuk dapat ditetapkan Klasis GKI Hatam Oransbari untuk lima tahun kepemimpinan kedepan.
Diantaranya, penetapan dokumen tata Gereja dan peraturan-peraturan, dokumen rencana strategis GKI tahun 2022-2027, dokumen kajian pendidikan, dokumen liturgi pengakuan iman GKI, panduan pelayanan, bimbingan teknis pelayanan majelis, himne dan mars GKI serta berbagai ketetapan penting bagi keberlangsungan kehidupan GKI ditengah perkembangan dan dinamika perubahan di Tanah Papua.
Ia menambahkan, merujuk pada ketetapan Sidang Sinode GKI ke-18 di Kabupaten Waropen yakni menjaga satwa langka burung cendrawasih, menjaga dan melindungi alam Papua dari wisatawan lokal dan mancanegara serta meminta kepada orang asli Papua supaya tidak lagi memperjualbelikan tanahnya, supaya kiranya dapat menjadi acuan untuk ditetapkan dalam Sidang I Klasis GKI Hatam Oransbari saat ini.
“Kita harus tetap menghargai burung cendrawasih sebagaimana satwa khas Papua, kita pun tidak perlu lagi menjual tanah kita kepada orang lain untuk bisa hidup, karena orang Papua tanpa uang akan tetap hidup tetapi kalau tidak punya tanah, bisa saja mati,” ujar dia.
Selain itu, Wamafma juga meminta, supaya dalam pelaksanaan Sidang I Klasis GKI Hatam Oransbari dapat memperhatikan persoalan dan pergumulan GKI yang semakin kompleks akibat dari perubahan zaman di atas tanah Papua. Dengan demikian, Badan Pekerja Sinode GKI di Tanah Papua meminta kepada para pelayan fungsional dan struktural Gereja supaya lebih fokus dalam melaksanakan pelayanan sesuai tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan Gereja Tuhan.
Yang dimaksud fokus adalah memberi pelayanan maksimal kepada warga jemaat sesuai data base jemaat. Sambung dia, Badan Pekerja Sinode akan bertindak tegas kepada setiap pelayan khususnya pegawai GKI yang tidak memperhatikan data base jemaat dan pelayanan. Sebab, keseriusan pelayanan menjadi indikator untuk mendorong pertumbuhan jemaat baik secara kuantitas tetapi juga kualitas iman warga Jemaat GKI.
Disamping itu, juga wajib memperhatikan rencana strategis GKI di Tanah Papua tahun 2022-2027, maka diharapkan agar dalam pelaksanaan program secara sinodal kiranya dapat mempedomani renstra dimaksud dengan memperhatikan pokok-pokok program yang telah ditetapkan serta penjabaran prioritas tahunannya.
Kembali Wamafma ingatkan, supaya kiranya Badan Pekerja Klasis GKI Hatam Oransbari dapat menghindari diri dari kebiasaan menyusun kegiatan atau program yang tidak berdampak untuk mendorong pertumbuhan jemaat, sebaliknya dapat berpikir untuk menyusun program yang berdampak pada pertumbuhan iman jemaat.
Badan Pekerja Sinode, kata Wamafma, juga menghimbau agar warga Gereja dapat terus membangun kesatuan dan persatuan sebagai warga GKI, hendaknya menghadiri diri dari perpecahan dalam Gereja Kristus, tetapi berkomitmen untuk menjadi satu dalam kehidupan Kristus sebagai warga yang berbangsa dan bernegara.
Sebagai Gereja yang ditempatkan ditengah dunia dengan berbagai persoalan yang dihadapi, GKI di Tanah Papua tetap berkomitmen untuk terus membawa misinya menghadirkan keadilan, kesejahteraan dan kedamaian di atas Tanah Papua. Artinya waga GKI di Tanah Papua harus menghindari diri dari berbagai tindakan dan perbuatan yang mencederai keadilan, kebenaran dan kedamaian atau dengan kata lain warga GKI harus bersikap melawan perbuatan-perbuatan yang tidak benar.

“Kiranya hal di atas menjadi komitmen kita untuk mewujudkan GKI di Tanah Papua sebagai Gereja yang dewasa, mandiri dan misioner,” harapnya.
Sebagai pesan yang terakhir, Wamafma menegaskan, sebagai komitmen untuk menjaga kesatuan maka Gereja yang dihadirkan Allah di atas Tanah Papua melalui misi keselamatan kedua Rasul Kristus Otto-Geisler maka sudah menjadi komitmen dari dulu sampai sekarang bagi Gereja bawah GKI akan tetap satu karena GKI adalah benteng terakhir bagi orang asli Papua dalam menjaga iman.
Sementara itu, Bupati Mansel, Markus Waran mengatakan, dalam rangka meningkatkan pelayanan Gereja di tingkat klasis maka diperlukan adanya sidang klasis untuk merumuskan program kerja dalam peningkatan pelayanan Gereja terhadap Jemaat yang ada.
Menurut dia, sidang klasis jangan hanya menjadi rutinitas Gereja tanpa menghasilkan apapun tetapi setidaknya dapat menentukan jatuh bangunnya Gereja dimasa yang akan datang. Maka, untuk menatap masa depan GKI yang lebih cerah perlu kiranya sedikit merenungkan kembali sejumlah persoalan pokok yang menjadi faktor keberhasilan bagi GKI.
Ia mengungkapkan, persoalan yang sesungguhnya dihadapi Gereja dalam pelayanannya selama ini adalah kontinuitas program dan kebijakan, kualitas program yang belum mampu menyentuh masyarakat bawah dan lain-lain, apabila permasalahan seperti ini kurang diperhatikan maka akan berdampak terhadap pelayanan GKI karena energi yang banyak terkuras hanya untuk mengurusi problem internal organisasi, sedangkan masalah kursial tidak pernah diperlihatkan.
Yang perlu diperhatikan GKI saat ini adalah pemahaman terhadap kondisi sosial kultural yang sedang berkembang. Dalam hal ini kehadiran Klasis GKI Hatam Oransbari harus mempu menjadi orang tua yang senantiasa hadir menemani Jemaat GKI dalam berbagai pergumulan dan program kerjanya, artinya pelayan GKI harus setia di tempat tugas, transparan kepada jemaat dalam pengelolaan keuangan serta menjadi teladan yang baik dalam masalah etika dan moral.
Sebagai dedominasi Agama yang terbesar di Tanah Papua, kiranya Klasis GKI Hatam Oransbari dapat berada di garis depan untuk membawa kesejukan bagi jemaat Tuhan. Klasis GKI Hatam Oransbari harus mampu menentukan pola gerak pemikir dan kultur yang mempunyai akses terhadap pengendalian untuk mewujudkan perubahan, GKI sebagai gerakan Umat Kristiani di Tanah Papua harus peka dan responsif terhadap tantangan di masa yang akan datang dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan.
“Jaga kondisi GKI supaya tetap sejuk dan tetap menjaga dan menjalin hubungan kerukunan yang baik dengan dedominasi Agama supaya tidak terjadi perpecahan diantara umat, tumbuh dan kembangkan iman seluruh warga GKI supaya tetap dekat pada Tuhan Yang Maha Esa,” ajak Waran.
Diakhir sambutannya, dia menitipkan pesan kepada Badan Pekerja Sinode GKI di Tanah Papua, supaya kiranya dapat memperhatikan anak asli Suku Hatam Arfak supaya kedepannya dapat memimpin Klasis GKI Hatam Oransbari.
Menurut Waran, suku Arfak memiliki sifat dan karakter yang keras sehingga Injil itu tumbuh lambat dalam diri. Dengan demikian, harus ada anak Arfak yang memimpin dalam organisasi Gerejawi supaya bisa menjadi motor untuk melunakkan hati setiap anak Arfak di atas tanahnya sendiri untuk lebih mengenal dan dekat dengan Injil.
Kehadiran Klasis GKI Hatam Oransbari, di akui Waran, karena kuasa Tuhan yang hebat, untuk itu, mari bersama-sama dengan Pemerintah Daerah membangun Tanah Papua dalam iman dan kasih melalui Gereja.
Pesan yang tidak kalah pentingnya, Waran meminta, jika boleh, pada pelaksanaan Sidang I Klasis GKI Hatam Oransbari saat ini, masalah pendidikan harus turut dibicarakan. Harapannya kedepan ada anak-anak Papua yang bisa disekolahkan di Negeri Tuhan, Tanah Israel dengan dukungan anggaran Otonomi Khusus atau Otsus. [BOM-R4]