Manokwari, TABURAPOS,CO – Dewi Manise atau akrab disapa Revan (28 tahun), seorang perempuan asal Ternate, Maluku Utara, berhasil selamat dari penyerangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di daerah Moskona, Kabupaten Teluk Bintuni, belum lama ini.
Kini, korban sedang menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Papua Barat, Maripi, Manokwari, didampingi tantenya, Ona Septy.
Dia harus menjalani perawatan medis intensif akibat menderita luka serius di kaki kanan dan dada, termasuk beberapa luka gores di kaki kiri dan lengan.
Revan yang ditemui para wartawan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Papua Barat, Rabu (5/10) siang, telah menjalani perawatan medis secara intensif sekitar 2 hari setelah dirujuk dari rumah sakit di Teluk Bintuni.
Kondisi korban telah membaik dan menyambut tamu yang datang menjenguknya dengan senyum. Namun, korban hanya bisa terbaring di tempat tidur rumah sakit lantaran kaki kanannya belum bisa digerakkan, karena dipasang papan dibalut perban putih.
Pada kesempatan itu, Revan mau berbagi kisahnya berhasil selamat dari penyerangan KKB, suatu peristiwa mengerikan yang tidak pernah dibayangkan sepanjang hidupnya.
Revan mengisahkan, saat itu, dia bersama para pekerja lain dalam perjalanan menuju ke lokasi pekerjaan. Dalam rombongan, ada 13 laki-laki, sedangkan dia sendirilah, seorang perempuan.
Di tengah perjalanan, ungkap Revan, mobil paling depan yang ditumpangi bosnya, Abbas (meninggal dunia akibat penyerangan), mogok. Perjalanan pun terhenti dan sebagian pekerja ikut membantu untuk memperbaiki mobil yang mogok tersebut.
Sebagai juru masak untuk para pekerja proyek jalan, kala itu, dia menumpang truk yang berada di bagian belakang.
Tidak berselang lama, terdengar letusan suara tembakan sebanyak satu kali, tetapi dianggapnya itu hanya suara tembakan dari orang yang sedang berburu.
Setelah mendengar bunyi suara tembakan yang kedua, Revan melihat para pekerja panik dan berusaha melarikan diri ke arah belakang dan di situ ia pun menyadari mereka sedang diserang.
Korban yang sedang berada di dalam truk, diteriaki pekerja lain untuk segera melompat keluar dan lari. Revan pun sempat panik, karena melihat bosnya Abbas ditembaki, sedangkan dirinya masih bergelut di dalam truk untuk membuka pintu yang terkunci.
Beruntung, dia berhasil membuka kaca dan berhasil keluar yang mengakibatkan kaki kanannya mengalami cedera. Dirinya terus mencoba bangkit dan mencoba berlari, tetapi apa daya, kaki yang cedera susah digerakkan.
Dia hanya bisa tergeletak di tanah dan masih mendengar bunyi letusan senjata api, mulai tidak berdaya. Apalagi, beberapa anjing peliharaan pelaku dan para pelaku penyerangan mulai mendekat sembari ada yang membawa parang dan alat tajam lainnya.
Dia juga mengaku sempat mendengar beberapa kali suara tembakan yang diarahkan ke beberapa pekerja yang belakangan ditemukan sudah tidak bernyawa lagi.
Dia berusaha bangkit dan berteriak meminta pertolongan, tetapi beberapa kali upaya itu gagal karena kakinya susah digerakkan, sedangkan para pekerja lain, sebagian sudah lari menyelamatkan diri.
Namun, Revan bersyukur, ada seorang pekerja asal Sorong bernama Raymon yang kembali menghampiri dan berusaha menggendongnya.
“Ada teman namanya Raymond, dia datang kasih bangun saya. Padahal, dia sudah lari jauh. Dia marah saya, katanya saya harus bangun dan berusaha lari, kalau tidak, nanti saya dicincang,” kenang Revan mengingat perbincangan singkatnya dengan Raymon.
“Saya sempat bilang kalau saya takut, tapi saya pasrah. Saya bilang mungkin takdir saya mati di sini. Jadi dia lepas saya, kemudian dia lari, karena pelaku sudah tembaki kami. Sambil berlari, Raymon berteriak untuk melompat ke jurang,” kata Revan menirukan saran Raymon.

Revan yang semula sudah pasrah, akhirnya berubah pikiran dan berusaha berdiri, lalu menjatuhkan tubuh ke jurang setinggi sekitar 7-8 meter dan masuk ke kubangan lumpur.
Setelah terjatuh ke kubangan lumpur, Revan tetap berusaha bangkit dengan memanjat tebing sembari memegang akar-akar pohon, tetapi beberapa kali upaya tersebut gagal.
Revan semakin panik karena hari sudah mulai gelap, sedangkan para pelaku dan anjingnya masih terdengar di sekitarnya.
Menyadari para pelaku masih mengejar dan mulai turun menghampirinya, Revan hanya bisa berdoa. Selanjutnya, dengan secepat kilat, ia berusaha merangkak naik sambil membaluti badan dengan lumpur agar tidak terendus anjing yang dibawa para pelaku.
Belum sampai ke puncak tebing, Revan kembali terjatuh ke bawah dan sampai di kali. Korban juga sempat melihat para pelaku turun ke kali untuk mandi. Setelah pelaku pergi dari kali, Revan kembali berusaha bangkit dengan memanjat tebing, tetapi kembali terjatuh.
Tidak henti-hentinya Revan memanjatkan doa. Dia juga tidak menyerah begitu saja dan terus berusaha memanjat tebing. Sesampainya di dekat puncak tebing, ternyata para pelaku masih ada di sekitar tempat kejadian perkara (TKP).
Ia juga mengaku sempat mendengar para pelaku membunyikan mobil, mendengar suara tembakan, dan suara dari anjing yang dibawa para pelaku.
Setelah dirinya memastikan para pelaku sudah meninggalkan lokasi, Revan yang masih dengan kondisi kaki pincang, berusaha menyusuri jalan keluar dari lokasi menuju ke pemukiman warga untuk meminta pertolongan.
BACA JUGA: Selain Manokwari dan Pegaf, Penambangan Emas Ilegal sudah Merambah ke Tambrauw
“Jadi saya tidak ditemukan. Saya jalan sendiri. Ini pengalaman terburuk saya. Saya sendiri baru di Papua, merantau diajak sama bos untuk kerja,” tutur Revan.
Namun, Revan terpaksa menghentikan kisah tragisnya dikejar KKB, lantaran harus dibawa petugas medis untuk menjalani pemeriksaan rontgen di ruang terpisah.
Sebelum meninggalkan ruangan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan, Revan berpesan untuk Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), Panglima TNI, dan Kapolri, termasuk pemerintah daerah, Pangdam, dan Kapolda agar segera mengusut kasus ini dan menangkap para pelaku agar tidak ada lagi korban. [AND-R1]