
Bintuni, TP – Kasus positif HIV di Kabupaten Teluk Bintuni hingga Juli 2022 mengalami peningkatan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni Franky D. Mobilala, SKM, M.Kes mengatakan, terjadi peningkatan kasus positif HIV sampai Juli 2022 mencapai 500-an kasus.
Dia mengungkapkan, bahkan selama ini banyak pasien dengan HIV yang meninggal akibat tidak dikawal atau loss full up maupun putus obat maupun loss control dan keberedaan mereka tidak diketahui kemana.
Menurutnya, perlu adanya pengawalan setelah pasien dinyatakan positif HIV, sebab orang yang terinfeksi HIV belum bisa disembuhkan karena tidak ada obatnya, sehingga mereka harus dikawal dengan meminum obat Antiretrovial (ARV).
Dia menerangkan, memang ARV tidak bisa menyembuhkan secara total, namun dengan ritun minum ARV pasien bisa bertahan hidup 10 sampai 20 tahun.
“Saya lihat perjalanan HIV di Bintuni saat ini melonjak. Dibanding saya masih Kepala Seksi P2M dan berdasarkan data waktu itu masih puluhan kasus orang yang positif HIV di Bintuni. Sekarang data terakhir dari Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan yang saya sudah peroleh laporannya itu sudah ada sekitar 500 orang yang positif HIV,” jelasnya kepada media ini di kantornya, Senin (25/7).
Mobilala menerangkan, pihaknya bekerjasama dengan Global Fund baru saja pengadakan pelatihan penanganan kasus HIV di Kabupaten Teluk Bintuni, dengan melibatkan tenaga dari beberapa puskesmas di Teluk Bintuni dengan tujuan untuk mengevaluasi atau me-refresh kembali bagaimana penanganan kasus HIV yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni.
Mobilala mengungkapkan, dalam pelatihan itu dirinya memberikan penekanan kepada beberapa puskesmas yang mendiagnosa pasien ada yang positif HIV harus loss full up artinya mereka tidak diobati dan akhirnya bisa mengakibatkan orang atau pasien bisa meninggal.
Menurutnya, laporan hasil diagnosa dari beberapa puskesmas, dapat dilihat yang positif HIV kebanyakan ibu rumah tangga, anak sekolah, ASN, sehingga perlu segera diantisipasi.
“Dalam pelatihan penanganan HIV saya tekankan pada petugas medis yang ada di puskesmas agar lebih proaktif untuk mencari serta menemukan secara dini orang yang terinfeksi HIV lalu mengawal mereka dengan memberikan obat ARV.
Untuk menyembuhkan pasien positif HIV tersebut yang sampai sekarang penyakit itu belum ada obatnya. Sehingga kita hanya bisa mengawal mereka yang positif HIV agar mereka bisa bertahan hidup di atas 10 sampai 20 tahun,” papar Mobilala.
Mobilala menambahkan, pihaknya sudah memiliki pengalaman dari beberapa pasien yang ditemukan secara kritis. Dimana, pihaknya mampu menolong mereka dan sampai saat ini masih bersama-sama dengan pihaknya sampai sekarang.
“Itu artinya orang yang ditemukan positif HIV tidak berarti terus meninggal. Namun yang penting adalah kita sama-sama saling dukung-mendukung dalam menangani pasien HIV obat ARV harus diminum secara lancar agar dia bisa tetap bertahan hidup. Karena nyawa itu Tuhan yang punya kalau Tuhan mau ambil itu urusan Tuhan,” sebutnya.
Dia membeberkan, langkah-langkah yang diambil Dinkes Teluk Bintuni dalam menangani orang dengan positif HIV yaitu, sudah menekankan dan mengintruksikan ke seluruh puskesmas bahwa begitu mereka mendiagnosa lalu orang tersebut positif HIV maka orang tersebut harus dikawal.
Menurut Mobilala kalau boleh dalam penganan HIV perlu ada semacam pengawas atau pendamping untuk mengawasi agar pasien terus minum obat ARV.
Namun, sambung dia, sebelumnya dilihat banyak sekali pasien yang didiagnosa tetapi tidak mengawal pasien tersebut sehingga obat yang diberikan untuk diminum terputus. Kemudian pasien itu sudah masuk ke fase yang berikut menyebabkan pasien tersebut meninggal.
Terkait hal tersebut, menurut dia, maka puskesmas maupun rumah sakit perlu untuk mendiagnosa dan kalau ada pasien yang positif maka pasien tersebut harus dikawal dengan menjaga pasien HIV tersebut.
“Kemudian kita juga harus banyak mengedukasi masyarakat bahwa pencetus HIV di Bintuni itu akibat adanya seks bebas tanpa memakai alat pelindung yaitu kondom. Edukasi penyuluhan kepada masyarakat atau penyuluhan di sekolah-sekolah yaitu dimulai dari generasi muda kita yaitu anak-anak sekolah. Karena berdasarkan data yang ada anak SD, SMP hingga SMA sudah ada yang positif HIV,” ungkapnya.
Selain itu, menurut dia, mungkin petugas konselor yang ada di puskesmas bisa mengawal pasien jangan sampai generasih muda atau cenderawasih-cenderawasih dibiarkan punah lantaran virus tersebut.
“Saya berharap kepada masyarakat mari kitorang jaga diri, jaga Papua jangan sampai cenderawasih-cenderawasih kita itu menjadi punah,” pungkas Mobilala. [ABI-R4]