Manokwari, TP – Pdt. Melanthon Luden, M.Th, mengutip Injil Lukas Pasal 14 Ayat 7-11 dengan perikop ‘Tempat yang paling utama dan yang paling rendah’ dalam khotbah pada ibadah kali kedua di Gedung Gereja Protestan Indonesia (GPI) Papua, Jemaat GPI Petra Anday, Minggu (28/8).
Dikatakan Pdt. Melanthon, Sinode GPI Papua melalui Injil Lukas Pasal 14 Ayat 7-11, memberi Tema ‘Hiduplah dalam kerendahan hati’.
Tema di atas memberi gambaran bahwa ada kemungkinan banyak hal yang sudah dilakukan manusia dalam kehidupan ini tetapi tidak dikehendaki oleh Allah.
“Kita harus bangun relasi dan hubungan yang indah dengan Tuhan supaya Roh Kudus mengilhamkan kasih karunia-Nya kepada kita, ” ucap Pdt. Melanthon.
Kembali kepada tema yang ditetapkan Sinode GPI, Jemaat Tuhan haruslah dapat membedakan apa yang dimaksud dengn rendah hati dan rendah diri. Rendah diri dapat digambarkan dari seseorang yang selalu merendahkan dirinya dihadapan orang lain, sebaliknya rendah hati menunjukkan sikap seseorang yang tidak sombong.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberi makna bahwa rendah hati adalah serata dengan tanah, maka semua yang ada di atas tanah pasti lebih tinggi, perumpamaan ini menyatakan bahwa rumput pun lebih tinggi dari dia.
Ia mengilustrasikan, misalnya dalam suatu kegiatan pesta yang dihadiri patutlah untuk bertanya kepada pemilik pestapesta, apakah ada orang lain yang di undang yang status sosialnya lebih tinggi, supaya tempat duduk yang hendak ditempati tepat dan tidak dipindahkan oleh pemilik pesta karena hendak ditempati oleh orang lain yang status sosialnya lebih tinggi.
“Sebab yang lebih terhormat ketika kita diminta dari belakang ke depan, kebanding diminta dari depan kebelakang. Pertanyaannya? pernahkah bapak-ibu menjumpai orang dengan sikap yang sombong dan apa yang ada dalam pikiran kita, pasti muncul lebih dari lima pikiran negatif,” ujarnya.
Injil Lukas Pasal 14 Ayat 11 berbunyi ‘Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan’ditinggikan’, demikian pula yang dikatakan dalam Kitab Filipi Pasal 2 Ayat 3-7 yang menjelaskan bahwa ‘Hendaklah kita menganggap yang lain lebih utama dari pada diri kita sendiri’sendiri’ kemudian Ayat 5-7 menjelaskan bahwa ‘Sama seperti Yesus yang walaupun diam di dalam Allah tetapi tidak mengganggap kesetaraan sebagai Allah menjadj milik yang harus dipertahankan melainkan mengambil rupa seorang yang mengosongkan diri dan rupa seorang Hamba.
Misalnya seorang kepala dinas, pernahkah bapak-ibu melihat seorang kepala dinas mengambil peran tukang sapu yang belum terlambat masuk kantor, di dunia ini orang seperti jarang ditemukan tetapi Yesus melakukan semua itu.
Walaupun Yesus adalah Allah yang luar biasa tetapi dia tidak mempertahankan hak itu, melainkan dia mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang Hamba. Pdt. Melanthon mengungkapkan, Tuhan Yesus menginginkan Jemaat Petra Anday melakukan perkara-perkata besar dalam kerendahan hati.
Ilustrasi lainnya, sebagaimana air yang bisa menyesuaikan dalam wujud dan bentuk apapun sesuai dengan wadah yang ditempati, berbeda dengan batu yang tidak akan merubah wujud aslinya dalam keadaan dan kondisi apapun. Air mampu mencairkan, mengalirkan dan dapat diterima segala sesuatu, jika kita mengambil tempatnya air, maka air akan masuk ke pemukiman manusia dalam bentuk musibah, sebagaimana banjir yang terjadi di Kota Sorong saat ini.
Ilustrasi air memberi makna bahwa orang yang mempraktikkan kehidupan rendah hati akan selalu diterima oleh siapapun dan akan selalu hidup dimanapun berada dalam situasi dan kondisi apapun.
“Kalau dalam kehidupan ini kita sering merasakan kekecewaan, itu karena kita selalu mmenilai diri kita lebih dari orang lain, tetapi kalau kita berjalan apa adanya dengan membiarkan orang lain yang menilai diri kita, maka hidup kita akan enjoy dan bersukacita,” ujar dia.
Oleh karena itu, kerendahan hati akan memampukan diridiri, untuk bisa hadir dalam segala perkara kehidupan ini, sebab jika orang lain memberikan pujian maka semua itu terjadi karena Kasih Karunia Tuhan. Jadikanlah Tuhan dalam pusat kehidupan untuk merendahkan diri dan saling menghormati.
Jangan sampai Tuhan datang dengan menjelma sebagai seorang yang paling menjijikkan lalu manusia yang tinggi diri berpaling dan meninggalkan Tuhan, sebaliknya manusia yang rendah hati menerima Tuhan dalam kondisi yang menjijikkan tetapi menjadi berkat bagi dia, maka penyesalan akan terjadi.
Injil Matius mengatakan bahwa barangsiapa melakukan kebaikan kepada saudaraku yang paling hina, maka dia sudah melakukannya kepada Tuhan. Kerendahan diri akan memotivasi seorang untuk memberi dengan tulus tanpa mengharapkan balasan.
Biasanya di bulan Desember, pegawai akan memberikan bingkisan dan parsel kepada pimpinannya di kantor tempat dia bekerja dengan harapan mendapatkan balasan yang lebih besar, tetapi jika seorang pemimpin memberikan kepada orang dibawahnya tidak akan mengharapkan balasan.
Pdt. Melanthon menggambarkan kepemimpinan Kapolda Papua Barat, Irjen Tornaggoo Sihombing, yang dengan ketergerakan hatinya telah melaksanakan program bedah rumah bagi sejumlah Hamba Tuhan di Provinsi Papua Barat. program yang menjadi berkat bagi orang lain.
Kembali lagi, dia menekankan, jika manusia hidup dalam kerendahan hati maka Tuhan akan berperkara atas hidup-Nya, Tuhan akan mengatur dan merencang kehidupan ini. Yesus telah memberikan dirinya untuk disalibkan di Bukit Calvari untuk menghapus dosa umat manusia.
“Kita bersyukur kepada Tuhan bukan karena ingin memperoleh Kasih Karunia-Nya tetapi karena kita sudah memperoleh Kasih Karunia Tuhan. Tuhan sudah berkuasa atas kehidupan kita, maka kita harus berdoa supaya Tuhan memakai diri kita, satukanlah Roh-mu dengan hatiku, supaya aku hidup dalam kerendahan hati,” terangnya.
Dirinya menyatakan, sepanjang masih ada kesombongan dalam diri seseorang, sepanjang masih adanya rasa tidak hormat dan mau dihormati oleh orang lain, maka kehidupan ini tidak akan berkenan dihadapan Tuhan.
Dalam pelayanan kepada Tuhan, Tuhan tau siapa yang bekerja dan tidak bekerja, Tuhan tau siapa yang mempersembahkan yang terbaik dan Tuhan tau siapa yang ingin di puji. Untuk itu, bangkit dan sadarilah dan lakukan semua untuk Tuhan dan menjadikan semua pelayanan sebagai persembahan yang berkenan kepada Tuhan karena Tuhan yang akan memberkati umatNya dengan caranya sendiri.
BACA JUGA : https://taburapos.co/2022/09/01/rsud-elia-waran-kekosongan-dokter-spesialis-penyakit-dalam/
Manusia bisa merancang dan tidak saling menghargai atau menghormati orang lain, maka bekerjalah bukan untuk manusia tetapi untuk Kemuliaan Tuhan, lakukanlah perkara-perkata besar supaya Tuhan menyatakan tanda heran satu ke tanda heran lainnya dalam kehidupan yang Tuhan Anugerahkan.
“Dalam penyerahan diri dan kerendahan hati kita, Tuhan berkarya mukjizatnya dan Kasih Karunia-Nya, supaya kita terus diberkati Tuhan,” tutup dia. [BOM-R4]