Ransiki, TP – Ibarat bayi yang baru lahir, tidak akan bisa langsung merayap dan berlari, tetapi ada tahapan yang harus dilalui. Itulah perumpamaan yang sepadan untuk menggambarkan kondisi nyata Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Elia Waran.
Perempuan ini disampaikan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Elia Waran, dr. Iwan P. Butarbutar, kepada para wartawan di Kantor Bupati Manokwari Selatan (Mansel), Rabu (31/8).
Menurut dia, manajemen RSUD Elia Waran sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan prima kepada para pasien yang datang dan berobat. Namun, masih adanya kendala dalam pemenuhan sarana-prasarana, alat kesehatan dan sumber daya manusia (SDM) yang memadai, karena semua itu kembali kepada kemampuan keuangan daerah.
Misalnya, salah satu kebutuhan yang paling urgen yang harus dipenuhi dengan standar Rumah Sakit adalah memiliki minimal empat dokter spesialis yakni spesialis penyakit dalam, spesialis bedah, spesialis anak dan spesialis obzinobzin atau kandungan. Untuk memenuhi kebutuhan dokter spesialis saja pihaknya sangat terbatas dalam dukungan anggaran.
Yang menjadi kendala, lanjut dia, di tahun pertama RSUD Elia Waran beroperasi, dokter spesialis masih menerima insentif sebesar Rp 60 juta tetapi kemudian terjadi pengusaha dk tahun 2022 menjadi Rp 50 juta, sehingga menimbulkan persoalan baru karena dokter spesialis penyakit dalam tidak setuju dengan nilai insentif yang demikian.
“Pekerjaan dokter spesialis penyakit dalam itu lebih berat dengan proses yang panjang, dengan insentif yang hanya Rp 50 juta, mereka menilai tidak sepadan dengan kinerja mereka, sehingga yang bersangkutan mengajukan pengunduran diri dan kini terjadi kekosongan pada posisi spesialis penyakit dalam, ” jelas Butarbutar.
Kendala lain yang pihaknya hadapi berada pada pelayanan di ruang rawat inap. Pasalnya dengan jumlah perawat yang hanya sebanyak 32 orang, jika semua ruang rawat difungsikan maka akan terjadi kekosongan perawatperawat dalam melayani pasien. Untuk mengantisipasi terjadinya kekosongan, pihaknya membijaki agar pelayanan rawat inap bagi pasien berlangsung di Instalasi Gawat Darurat atau ruang IGD.
Ia menuturkan, menyikapi terjadinya kekurangan perawat, pihaknya sudah menyurati Pimpinan Daerah dan dinas terkait supaya dilakukan perekrutan baru untuk penambahan tenaga perawat atau setidaknya ada kebijakan dari pihak dinas untuk menarik sebagian perawat di Puskesmas untuk bertugas di RSUD Elia Waran, supaya memaksimalkan perawatan di semua pelayanan.
Meski begitu, Butarbutar kembali menekankan, kebutuhan dasar empat dokter spesialis harus terisi penuh. Artinya, dokter spesialis penyakit dalam yang sudah mengundurkan diri harus dicarikan tenaga pengganti, supaya tidak terjadi kekosongan karena akan sangat berpengaruh terhadap pelayanan. Bila perlu di RSUD Elia Waran harus ada dokter spesialis radiologi.
BACA JUGA : https://taburapos.co/2022/09/01/rsud-elia-waran-kurang-perawatan-direktur-angkat-bicara/
“Kita sudah coba buka lowongan seleksi untuk mengisi kekosongan dokter spesialis penyakit dalam tetapi memang belum ada yang cocok karena bagi mereka insentif Rp 50 juta, terlalu kecil, ” pungkas dia. [BOM-R4]