Bintuni, TABURAPOS.CO – Warung ikan bakar Fadilah yang berada di Pasar Sentral Bintuni, kini menjadi salah satu warung makan favorit warga Bintuni.
Di warung makan Fadilah, warga bisa menemukan menu berbagai jenis ikan, mulai dari ikan tali-tali yang berasal dari Bintuni dan Babo, ikan cakalang dan mujair yang berasal dari Manokwari.
Pemilik warung ikan bakar Fadilah, Tahir menuturkan, mulai buka pukul 07.00 WIT sampai 22.00 WIT atau jam 10 malam.
Tahir mengisahkan, dirinya bersama istri, Triani mulai merintis usaha ikan bakar di Bintuni sejak 2009, awalnya di Pasar Lama Bintuni. Karena, pasar pindah, maka mereka juga ikut pindah dan berjualan di Pasar Sentarl Bintuni setelah mendapatkan satu los yang kini dijadikan warung ikan bakar.
Usahanya lambat laun mengalami kemajuan hingga saat ini bisa mempekerjakan empat tenaga kerja yang merupakan anggota keluarga sendiri yang dibawa dari kampung.
Seorang karyawan, Rudi, menuturkan ikan-ikan yang dibakar di warung Fadilah berasal dari Manokwari, Bintuni, Babo, serta Sorong.
“Ikan dari Manokwari yang kami bakar di sini kebanyakan ikan Mujair sedangkan dari Sorong lebih banyak ikan tongkol atau cakalang. Sementara ikan dari Bintuni dan Babo atau Teluk Bintuni itu lebih banyak ikan Tali-tali seperti ikan mubara, ikan merah,ikan mulut tikus, ikan lele dan ikan-ikan lainnya,” ujarnya yang ditemui media ini disela-sela dirinya sedang membakar ikan, Senin (23/1).
Lanjutnya, harga ikan untuk satu porsi yang terdiri dari nasi, sayur, sambal ditambah ikan bakar harganya bervariasi, yaitu mulai dari Rp.25.000 hingga Rp.40.000 untuk 1 porsi.
Misalnya, sebut dia, ikan mujair bakar satu porsi harganya Rp. 35.000, sedangkan ikan kakap merah satu porsi Rp. 40.000, ikan tongkol atau cakalang satu porsi Rp. 35.000, ikan mubara 1 porsi Rp. 40.000.

Sementara ikan merah dan ikan mulut tikus 1 porsi biasanya Rp. 35.000, ayam bakar Rp. 35.000 1 porsi.
“Daging ayam ini biasanya dibeli di pasar, biasanya paling ramai warga Bintuni datang makan atau membeli ikan bakar itu setiap hari Jumat. Ikan unggulan di warung Fadilah ini adalah ikan mujair dan lele karena paling banyak dicari pelanggan atau pembeli,” tutur Rudi.
Rudi juga menuturkan, harga ikan bakar Fadilah sangat terjangkau sehingga tidak heran kalau masyarakat banyak yang datang membeli ikan di warung tersebut.
Rudi bekerja warung Fadilah sejak 2015 dirinya dibawa oleh pamannya, Tahir selaku pemilik atau owner dari kampung merantau ke Bintuni.

“Adapun suka duka membakar ikan yaitu terkena asap dan panas. Pembeli ikan bakar semua kalangan datang membeli ikan bakar di sini. Ikan yang kami beli biasanya kalau matanya sudah merah itu kita buang dan kita tidak bakar dan kebanyakan ikan yang kita bakar di sini adalah ikan-ikan segar. Karena kita juga menjaga kualitas ikan bakar kita agar pelanggan yang biasanya membeli ikan bakar di sini tidak kecewa,” ungkapnya.
Dia menambahkan, biasanya pembeli yang datang kurang kalau cuaca kurang bagus seperti hujan. Tetapi itu bukan penghalang karena basanya hujan hanya sebentar. Namun setiap hari pastinya ada pelanggan yang datang makan maupun bungkus ikan bakar untuk dibawa pulang ke rumah.
Rudi menambahkan bahwa pemilik warung makan ikan bakar Fadilah biasanya datang membantu kami kalau warung lagi ramai.
Pantauan media ini, warung makan ikan bakar Fadilah mulai buka pukul 07.00 Wit pagi dan tutup pukul 22.00 Wit atau jam 10 malam. Ikan yang dibakar setiap hari biasanya habis terjual dan kadang yang tersisa hanya tinggal 3 (tiga) ekor.
BACA JUGA:
Nampak para pekerja di Warung Fadilah mulai bekerja menyoakan ikan untuk dibakar itu sejak dari pagi.
Tahir dan istrinya Triani telah dikaruniai 2 (dua) orang anak. Dan kedua anaknya itu sudah selesai kuliah. Dan biaya kuliah anak-anaknya berasal dari kerja keras Tahir dan Istrinya mengadu nasib berjualan ikan bakar di Bintuni yang sudah berjalan 10 tahun lebih.
Dan sampai saat ini warung makan Fadilah sudah memiliki pelanggan tetap yang menyediakan dan membawa ikan-ikan segar sebagai bahan baku untuk dibakar. [ABI-R4]