Manokwari, TABURAPOS.CO – Kurang lebih 60-an perempuan Papua Kristen dari Gereja Kristen Injil (GKI) dan Gereja Persekutuan Alkitab Indonesia (GPKAI) di Manokwari dilatih membuat aksesoris dan berbagai macam menu baru hasil pertanian.
Pelatihan diprakarsai oleh Lembaga Bina Kreatif Perempuan Papua (LBKPP) ‘Rumah Dharami’, Kabupaten Manokwari berlangsung di Aula Gereja Sion Sanggeng, Kamis (26/1).
Ketua LKBPP ‘Rumah Dharami’ Kabupaten Manokwari, Mariana Maniagasi mengungkapkan tujuan kegiatannya, yakni agar ibu-ibu, perempuan Papua Kristen mendapatkan pengalaman baru mengelola dan memanfaatkan sampah rumah tangganya, serta hasil pertanian dengan membuat menu baru.
Bahan untuk membuat aksesoris dengan memanfaatkan sampah rumah tangga berupa pelepah pisang, sedangkan menu makanan berupa pisang yang diolah menjadi ‘nasi goreng’.
“Kalau selama ini sampahnya dibuang, dibakar, bisa dimanfaatkan dibuat askesoris dalam bentuk plastik, sedangkan hasil pertanian seperti pisang, kalau selama ini kita hanya kukus, goreng, tapi melalui pelatihan ini kita bisa buat menu baru dari cake sampai menu seperti nasi goreng tapi bahannya dari pisang,” ujarnya.

Mariana menuturkan, menu nasi goreng dari pisang sudah pernah dilombakan dan diajarkan bagi kelompok lain namun tidak berkembang, sehingga pengetahuan ini ditransfer lagi ke perempuan Papua Kristen yang lainnya, dengan harapan dapat berkembang.
“Bagi pencipta menu seperti kami itu menjadi suatu tanggungjawab, untuk kami berbagi kepada yang lain dan puji Tuhan pelatihan ini setiap tahun dilaksanakan sebagai bentuk pendampingan bagi perempuan Papua Kristen, dan tahun ini terjawab melalui aspirasi DPRD Manokwari,” tuturnya.

Dirinya berharap, melalui pelatihan ini ibu-ibu Papua Kristen yang memiliki kelebihan berkat dapat berbagi sekalipun hanya pengetahuan kepada yang lebih membutuhkan.
BACA JUGA:
“Kita juga berbagi alat peraga, kompor dan peralatan masak kepada kelompok dengan harapan bisa meningkatkan ekonomi keluarga, karena selama ini mereka bisa berkreasi, tetapi kalau yang dibutuhkan tidak ada, maka tidak akan berkembang, sehingga kita ikut berbagi,” pungkasnya.
Salah seorang peserta, Fenita Wanma menilai pelatihan sangat bermanfaat, karena mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, terutama mengelola hasil pertanian menjadi menu baru untuk keluarga.
“Kegiatan ini bisa membuka wawasan kami perempuan, yang biasanya menu makan dari pisang itu-itu saja, tetapi setelah ini kita tahu menu baru dari pisang, kedepannya pengetahuan ini ditingkatkan dan dibagikan ke perempuan Papua lain dengan tema yang baru,” pungkasnya. [SDR-R3]