Manokwari, TP – Ketua DPR Papua Barat, Orgenes Wonggor mengadakan agenda reses II dan bertemu masyarakat dari Kampung Semerbei, Anggra, Ayau, dan Kampung Mbenti, Distrik Minyambou, Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf), belum lama ini.
Dalam reses tersebut, masyarakat mengeluhkan tentang aksesbilitas menuju Kabupaten Pegaf, karena semakin sulit akibat bencana longsor yang terjadi di Kampung Mbenti.
Material longsor hingga kini masih menutupi ruas jalan yang mengakibatkan arus lalu lintas kendaraan dan mobilitas masyarakat terganggu.
“Curah hujan yang tinggi di Pegaf belakangan ini membuat masyarakat waspada dan takut terjadi longsor susulan yang mungkin saja bisa terjadi secara tiba-tiba,” ungkap Wonggor dalam press release yang diterima Tabura Pos via WhatsApp, Jumat (28/6/2024).
Dalam reses tersebut, lanjut Wonggor, masyarakat Mbenti meminta perhatian, baik dari Pemerintah Kabupaten Pegaf maupun Pemprov Papua Barat untuk mengatasi longsor yang terjadi di Kampung Mbenti.
Lanjut dia, sampai sekarang, masyarakat mengakui bahwa longsor masih terjadi, sehingga masyarakat berharap ada langkah cepat yang diambil Pemkab Pegaf maupun Pemprov supaya bisa mencegah longsor. “Sampai sekarang ruas jalan masih ditutupi material tanah,” ungkap Wonggor.
Ia menambahkan masyarakat juga menyampaikan aspirasi terkait kegiatan normalisasi sungai yang berada di sekitar pemukiman penduduk.
Diutarakannya, aspirasi masyarakat terkait normalisasi dua kali, yakni Kali Imben dan Injoi. Wonggor menyebutkan, mereka berharap ada pembangunan talud sepanjang 1 km, karena di sepanjang kali itu menghubungkan 5 kampung di wilayah Mbenti.
Di sisi lain, sambung Wonggor, masyarakat juga meminta ada peningkatan mental spiritual melalui dukungan sarana dan prasarana ibadah berupa penyelesaian pembangunan gereja, rumah pastori, dan pagar gereja di beberapa daerah di wilayah Mbenti.
Pada kesempatan itu, masyarakat juga menyampaikan dampak longsor pekan lalu yang berdampak pada putusnya jaringan listrik milik PLN yang masih dalam kondisi rusak hingga sekarang.
Selain di bidang konstruksi, tambah Wonggor, masyarakat juga menyampaikan aspirasi di bidang pertanian, dimana masyarakat berharap ada dukungan berupa bantuan bibit tanaman pangan atau holtikultura yang bisa dibudidayakan.
Sebab, ia menjelaskan, tanaman holtikultura yang bisa dibudidayakan akan membantu perekonomian masyarakat pada 5 kampung di wilayah Mbenti.
Di samping itu, lanjut dia, ada juga aspirasi layanan kesehatan dan pendidikan, mengingat di Kampung Semerbei terhadap 1 bangunan puskesmas pembantu (pustu) yang baru dibangun, tetapi belum difungsikan sampai sekarang.
“Masyarakat sampaikan kepada saya bahwa pustu tersebut belum beroperasi karena belum diresmikan. Padahal, pembangunannya sudah rampung 100 persen,” tambahnya.
Menurut Wonggor, pustu ini akan berperan penting dalam rangka penanganan dan pengendalian stunting di wilayah Mbenti dengan harapan ada bantuan makanan tambahan bergizi bagi anak-anak penderita gizi buruk dan masuk dalam kategori stunting.
Di bidang pendidikan masyarakat, tambah dia, masyarakat berharap ada upaya peningkatan pelayanan dan mutu pendidikan di wilayah Mbenti dengan pembangunan PAUD dan SD di Kampung Semerbei.
“Memang di sana tenaga guru masih kurang, masyarakat butuhkan guru PAUD dan guru SD khusus mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika,” tutup Wonggor. [*FSM-R1]