Manokwari, TP – Solidaritas Mahasiswa dan Pemuda di Manokwari meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manokwari dan stakeholder terkait mengevaluasi penyajian Makan Bergizi Gratis (MBG) dan menghentikan sementara pendistribusiannya ke sekolah-sekolah.
Hal ini disampaikan dalam aksi unjuk rasa damai di traffic light Haji Bauw, Jl. Trikora, Wosi, Manokwari, Rabu (6/8/2025), menyikapi informasi belasan pelajar SD dan SMP di Distrik Manokwari Timur yang dilarikan ke puskesmas dan RSUD Manokwari untuk mendapat penanganan medis usai menyantap MBG.
Di samping itu, mereka meminta dilakukan evaluasi menyeluruh sampai ke dapur sehat maupun vendor yang menyediakan MBG untuk sekolah-sekolah di Manokwari. “Kita tahu bahwa program MBG adalah program kebijakan Presiden, tetapi dalam perjalanannya di Manokwari, ada terjadi masalah, sehingga menurut hemat kami, harus segera dievaluasi,” pinta koordinator aksi, Noval.
Dikatakannya, program MBG sejatinya memberikan dampak positif, salah satunya mendorong semangat belajar anak, karena asupan gizi yang baik, meningkatkan kesehatan anak, dan menurunkan angka stunting.
Namun, kata dia, MBG yang disiapkan dan didistribusikan ke sekolah-sekolah sampai disantap anak-anak, harus tetap sesuai prosedur kebersihan dan kesehatan, sehingga tidak ada anak yang menjadi korban lagi.
“Terdapat laporan siswa yang mengalami pusing, sesak nafas, dan muntah-muntah setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Seharusnya ada evaluasi menyeluruh,” katanya.
Ketua BEM STIH Manokwari, Yusuf R. Lelo menambahkan, pihaknya meminta pemerintah dan aparat kepolisian memperketat pengawasan terhadap pelaksanaan MBG agar tidak membahayakan kesehatan peserta didik.
Dirinya menekankan, program MBG harus memiliki SOP dan standar mutu yang jelas, harus ada kejelasan kehadiran program itu terhadap petani lokal, dengan mengambil bahan-bahan dari dalam daerah, mulai sayur dan buah-buahan.
“Kami menolak MBG jika itu merugikan anak-anak sekolah, tapi jika program ini membawa manfaat, kami tentu akan mendukung,” katanya.
Ditambahkan Lelo, hal yang paling dibutuhkan sekarang adalah pendidikan gratis berkualitas, bukan sekedar makanan bergizi. Sebab, sampai hari ini, pendaftaran masuk sekolah pada tahun ajaran baru, orangtua masih harus membayar dengan nilai jutaan Rupiah.
Bahkan, ada sekolah yang menjual buku mata pelajaran ke peserta didik baru dengan total harga mencapai Rp. 1 juta.
Aspirasi yang disampaikan Solidaritas Mahasiswa dan Pemuda di Manokwari, direspon Plt. Sekda Kabupaten Manokwari, Yan Ayomi yang datang ke lokasi untuk menerima aspirasi tersebut.
Dikatakan Ayomi, persoalan dalam program MBG tidak hanya terjadi di Manokwari, juga di berbagai daerah lain di Indonesia. Dirinya sepakat program MBG sangat baik, karena berdampak pada generasi muda dan ekonomi daerah, tetapi pelaksanaannya harus ditinjau kembali secara langsung di sekolah-sekolah agar tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari.
“Saya punya anak di SD, menurut informasi belum ada distribusi MBG ke sekolah-sekolah dan ada evaluasi,” ungkapnya.
Ayomi mengapresiasi kepedulian mahasiswa dan pemuda terhadap pelaksanaan program yang menjadi perhatian publik.
“Kalian adalah bagian dari infrastruktur politik yang harus mengoreksi kami agar kami bisa memperbaiki program yang kami jalankan. Saya terima aspirasi ini dan akan menindaklanjutinya dengan mengusulkan hearing bersama DPRK dan perwakilan mahasiswa,” kata Ayomi.
Hal senada disampaikan anggota DPR Kabupaten Manokwari, Haryono May yang juga menemui para mahasiswa dan pemuda tersebut. Dirinya memastikan akan menindaklanjuti aspirasi yang disampaikan dalam forum di DPRK.
“Aspirasi yang sangat baik ini akan kami teruskan ke pimpinan untuk dibawa secara resmi dalam pertemuan,” ucap May. [SDR-R1]
