Manokwari, TABURAPOS.CO – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Wilayah Sungai Papua Barat melakukan inventarisasi infrakstruktur sumber daya air yang rusak pasca banjir Sorong, Rabu 31 Agustus 2022, lalu.
Kepala Balai Wilayah Sungai Papua Barat, Wempy Nauw mengatakan, pasca banjir Sorong pihaknya telah turun dan melakukan inventarisasi data infrastruktur sumber daya air yang rusak bersamaan dengan Pemerintah Provinsi Papua Barat dan Pemerintah Kota Sorong.
Dikatakan Nauw, inventarisasi data infrastruktur sumber daya air yang rusak dilakukan pada empat sungai utama diantaranya, Sungai Klawasi, Remu, Klaudison dan Sungai Klasaman.
“Dari hasil inventarisasi data infrastruktur tersebut telah diusulkan kepada pemerintah pusat di tahun ini. Khusus empat sungai tersebut kita dibantu pemerintah pusat dengan anggaran senilai Rp. 53 Miliar,” terang Nauw kepada Tabura Pos usai apel bersama kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi di halaman kantor BWS Papua Barat, Kamis (20/10/2022).
Lebih lanjut, kata Nauw, anggaran senilai Rp. 53 Miliar yang bersumber dari APBN ini diperuntukan untuk program kegiatan tanggap darurat di wilayah Sorong.
“Jadi untuk pekerjaan konstruksi yang bersifat sementara untuk mengatasi pasca bencana banjir di Sorong. Konstruksi sementara ini bisa bertahan selama 5-10 tahun kedepan, pekerjaan ini sedang berjalan dan ditargetkan akan selesai akhir tahun ini,” terang Nauw.
Menurutnya, pemerintah belum membangun tanggul keseluruhan dari hulu hilir, penanganan banjir Kota Sorong kalau ditanggani di spot – spot tertentu belum bisa mengatasi masalah banjir, tetapi harus ditanggani secara keseluruhan dari hulu, tengah dan hilir.
BACA JUGA: Apel Bersama Kesiapsiagaaan Hadapi Bencana Hidrometeorologi
“Penanganan banjir Sorong dilakukan dititik – titik yang tanggulnya jebol dan bibir alamnya jebol sehingga air itu melibas ke bantaran sungai. Jadi kalau kita tanggani satu keseluruhan dari hulu hilir harus kita pakai pintu pengendali banjir,” terangnya.
Sehingga, tambah dia, ketika terjadi banjir dan bertabrakan dengan pasang air muka laut, otomatis air akan meluap kemana – mana, tapi kalau ada pintu, ada banjir dan airnya menabrak pintu otomatis pintunya tertutup dan akan disiapkan pompa untuk memompa airnya dan dikeluarkan kelaut.
Disinggung terkait penanganan banjir secara keseluruhan di Kota Sorong, jelas Nauw, sementara ini pihaknya masih melakukan diskusi sebatas konsep dan sudah berkoordinasi bersama Bappenas dan Bappenas saat ini posisinya di Sorong untuk memperhatikan hal itu.
“Disamping itu juga, kita jgua sudah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi dan itu menjadi konsep besar yang akan direncanakan kedepan,” tandas Nauw. [FSM-R1]