Manokwari, TP – Perkumpulan Sastra Papua Senja (Sapase) menggelar kegiatan Festival Perasaan atau Pesta Sastra dan Seni dalam bentuk pelatihan menulis sastra kreatif menuju writepreneur.
Kegiatan dilaksanakan di Manokwari dari Sabtu (28/9/2024) hingga Rabu (2/10/2024).
Dalam Pesta Sastra dan Seni, Perkumpulan Sasape menghadirkan pemilik karya sastra puisi yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama berjudul “Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi” yakni, Weslly Johannes dan Theoresia Rumthe sebagai pembicara.
Ketua Umum Perkumpulan Sapase, Merry Christine Rumainum menjelaskan, perkumpulan Sapase melihat ada kesenjangan khususnya di dunia sastra, dimana ada banyak generasi muda Papua yang memiliki kemampuan dan ingin berkarya.
Hanya saja, kata Rumainum, generasi muda Papua ini belum memiliki wadah yang tepat dan masih kurang percaya diri untuk mempublikasikan hasil karyanya terutama karya sastra yang dihasilkan, dan karya itu banyak.
Oleh karenanya, melalui momentum ini pihaknya mencoba mendesain kegiatan Festival perasaan.
“Kebetulan kami mendapatkan berkat dari pemerintah pusat. Dari berkas yang ada ini, kami pergunakan dengan sungguh-sungguh untuk desain yang diberi nama Festival perasaan,” kata Rumainum kepada wartawan di sela-sela kegiatan Festival Perasaan, Sabtu (28/9/2024).

Dirinya berharap, melalui pesta sastra dan seni ini generasi muda Papua khususnya di Manokwari mendapatkan ruang, kesempatan dan pengalaman baru untuk mempublikasikan hasil karya sastranya.
Karya sastra yang selama ini mereka hasilkan, tidak hanya menjadi penghuni buku diare mereka. Tetapi, lanjut dia, dapat dipublikasikan lebih luas ditingkat nasional.
Alumni FKIP Unipa angkat 2010 ini menambahkan, pihaknya muncul dengan mimpi panjang menginisiasi generasi muda di Manokwari untuk menebus ruang-ruang penerbitan ditingkat nasional, baik melalui Gramedia Pustaka Utama, Bukunesia, Grasindo dan penerbit nasional lainnya.
“Dalam pesta sastra dan seni ini, saya melihat adik-adik kita luar biasa, saya melihat karya sastra mereka. Sayangnya, karya mereka hanya dibuat dan tersimpan rapi dalam buku diare mereka,” ujar Rumainum.
Lebih lanjut, kata Rumainum, tulisan-tulisan karya sastra yang dihasilkan oleh peserta Festikal ini akan dirangkum dan diterbitkan dalam satu buku yakni, antologi puisi.
“Meskipun kegiatan ini hanya satu hadir, tapi kita inginkan satu hari ini memiliki arti dan bukti publik. Karena kalau kita bicara sastra rohnya adalah publiks,” katanya seraya menambahkan, masih ada sastrawan muda Papua yang masih berada di jalan sepi mereka.
Pada kesempatan ini, dalam pesta karya sastra dan seni ini, pihaknya tidak hanya memberikan materi-materi terkait dengan penulisan karya sastra puisi.
Namun, lanjut dia, kedua pembicara akan berbicara terkait writepreneur sebagai bisnis menulis. Sehingga, generasi muda di Manokwari tidak hanya fokus pada personal branding tetapi mendapatkan pemasukan melalui karya sastra mereka.
“Sejauh pengalaman saya dengan teman-teman tentang karya mata aksara dimana, selama covid-19 kita menulis online dan kita menghasilkan 100 karya yang belum diterbitkan. Tetapi, selama covid-19 kita mengajak generasi muda untuk melatih menulis sehingga psikologi mereka tidak terganggu, disamping itu menghadirkan karya sastra,” tandas Rumainum.
Ketua Panitia kegiatan, Keyzia Retno Warami mengatakan, Perkumpulan Sapase sejak berdiri pada 2016 tidak berjalan sendiri tetapi berjalan bersamaan dengan komunitas lainnya di Manokwari.

“Karya sastra puisi dan karya sastra lainnya tidak bisa jauh dari karya sastra musik. Sehingga kita selalu berkolaborasi dengan komunitas lainnya di Manokwari,” kata Warami kepada wartawan, pekan lalu.
Dikatakan Warami, persiapan kegiatan ini tidak begitu lama, karena teman-teman panitia memiliki pengalaman yang luar biasa ditambah pendampingan oleh Ketua Umum, Merry C. Rumainum dan Pembina Quin D. Tulalessy.
“Kita punya satu tujuan yang sama yakni, kita ingin wadah ini tercipta, agar generasi muda Papua dapat memiliki skill untuk bersaing kedepan terutama di zaman digital seperti ini,” jelasnya.
Bantuan kegiatan ini merupakan bantuan lanjutan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi dengan kegiatan pembuatan Flim Animasi berjudul Tom and Regi dari cerita Kota Emas karya I.S. Kijne, tandas Warami. [FSM-R3]