Manokwari, TABURAPOS.CO – Ketiga korban yang diduga menjadi korban penganiayaan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Papua Barat berinisial HLM meminta pihak kepolisian segera menindaklanjuti laporan yang dilayangkan ke Polres Manokwari.
Penasehat hukum ketiga korban, MJCT, ER, dan MCK, Habel Rumbiak, SH, S.pN mengatakan, kliennya telah membuat laporan polisi setelah kejadian dugaan penganiayaan, Kamis (27/10) malam.
“Diproses saja sesuai ketentuan yang berlaku toh. Kami berharap Kapolres atau penyidik bisa memanggil para korban atau saksi lain untuk di-BAP (berita acara pemeriksaan), untuk melengkapi pemberkasan penyelidikan perkara ini,” kata Rumbiak didampingi ketiga korban yang dikonfirmasi Tabura Pos di salah satu kafe di Manokwari, Minggu (30/10) malam.
Ditegaskannya, dalam setiap penanganan perkara, baik itu melibatkan pejabat atau masyarakat biasa, tidak ada yang harus diistimewakan.
Ia mengaku, ketiga kliennya memang belum dipanggil penyidik untuk diperiksa, tetapi selaku penasehat hukum, dirinya berharap mereka bisa segera diperiksa selaku korban dan pelapor.
“Supaya perkaranya jelas dan terang. Klien saya juga sudah melakukan visum, untuk 2 orang korban,” ungkap Rumbiak.
Sementara itu, salah satu korban berinisial ER, menepis informasi yang disampaikan Kepala Dispora bahwa dirinya terjatuh sendiri.
Menurutnya, kejadian bermula ketika dirinya hendak melerai keributan di antara Kepala Dinas dan salah satu korban. Selanjutnya, terlapor mengayunkan tangan, sehingga dirinya kehilangan keseimbangan dan terjatuh di tengah upaya melerai keributan tersebut.
“Jatuh ke bawah, lalu saya pingsan, kepala tertoki di tanah dan batu. Saya tidak bisa bangun, saya sesak nafas. Itu sebabnya, saya dibawa ke RSAL. Saya baru sadar di rumah sakit,” kata ER.
Ditambahkannya, meski sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, kepalanya masih terasa sakit, tepatnya di bagian kepala belakang kiri.
Korban lain MJCT dan MCK juga menepis informasi bahwa pihaknya tidak berkoordinasi dengan Kepala Bidang. Dijelaskannya, pada H-1 sebelum pelepasan kontingen Pra Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Pra Popnas) Papua Barat, mereka sudah berkoordinasi dengan Kepala Bidang, Muhammad Sahir dan Pelatih Kepala Tim Volley Putri, Sandra Mandosir.
Ia menerangkan, mereka hendak menemui Kepala Dinas lantaran Pelatih Kepala Tim Volley Putri Papua Barat menanyakan perihal daftar antre by name dalam sistem, padahal itu sudah dilaporkan dan dikoordinasikan.
“Atlet-atletnya sudah disiapkan di Kota Sorong, tinggal menunggu keberangkatan dari Kota Sorong menuju Palu. Cuma tidak ada konfirmasi jelas terkait keberangkatan Tim Volley Putri ke Palu,” ujar MJCT dan MCK.
Untuk itulah, sambung dia, Pelatih Kepala, Sandra Mandosir datang ke Manokwari guna memastikan apakah Tim Volley Putri diberangkatkan atau tidak, lantaran tim volley sudah melakukan persiapan beberapa bulan sebelumnya dan itu semua diketahui para siswa, orang tuanya, dan disiarkan televisi.
Lanjut dia, ketidakjelasan dari Kepala Bidang terkait keberangkatan itulah, maka selaku staf di bidang tersebut dan juga official yang menangani cabang olahraga volley putri, berkoordinasi dengan Kepala Bidang dan Pelatih Kepala di kafe MCM.
Namun, sambung MJCT, setelah berkoordinasi itu, pihaknya tidak lagi diinformasikan tentang pelepasan kontingen, khususnya untuk cabor volley putri.
“Tiba-tiba, sudah dilakukan acara pelepasan dan setelah melihat acara pelepasan di media sosial dan hanya melepas 3 cabor, sehingga kami naik ke Asrama Atlet PPLP untuk koordinasi dan klarifikasi ke Pak Kadis, kenapa bapak mengeluarkan statement di jumpa pers bahwa hanya 3 cabor, padahal seharusnya ada 4 cabor,” papar MJCT dan MCK.
Mengapa harus 4 cabor, ungkap MJCT, itu karena hasil koordinasi dengan Kabid, memang harus 4 cabor yang diberangkatkan sesuai jadwal.
“Jadwal itu juga sudah ditandatangani Pak Kabid di dalam berita acara kesepakatan Rakor Bimtek di Swiss-Belhotel, Palu, pada 21 September 2022 lalu. Di situ dikatakan bahwa keempat cabor ini sudah klop mewakili Papua Barat, yakni pencak silat, sepakbola, tinju, dan volley putri,” rincinya.
Kenyataannya, sesal MJCT, pada acara pelepasan itu, hanya untuk 3 cabor, sedangkan cabor volley putri tidak diikutsertakan, lalu dijawab dengan alasan kekurangan dana. “Dananya tidak ada,” kata korban yang juga mendapatkan penganiayaan di bagian telinga kiri.
Secara terpisah, Kepala Dispora membantah tudingan bahwa dirinya melakukan penganiayaan, seperti yang dilaporkan korban, MJCT ke Polres Manokwari, Kamis (27/10).
Dikatakan HLM, drinya tidak melakukan penganiayaan terhadap para korban. Diakui HLM, dia hanya menampar mulut dari salah satu korban, karena melontarkan makian pada acara pelepasan atlet yang sudah dikoordinasikan mengikuti Pra Popnas di Palu, tepatnya di Asrama Atlet PPLP Papua Barat, Susweni, Manokwari.
BACA JUGA: Sikap Arogan dan Intimidasi Dua Wartawan Menunjukkan Ketidaktransparansi Peradilan Militer
Di samping itu, Kepala Dispora juga mengaku tidak pernah mendorong kedua korban lain, tetapi yang terjadi, saat itu kedua korban terjatuh sendiri.
“Saya luruskan, saya tidak melakukan penganiayaan seperti yang ada di berita. MJCT ini datang di Asrama, langsung maki-maki dan sampaikan hal-hal yang memojokkan saya, sementara di situ banyak atlet, sehingga saya tampar dia,” jelas HLM yang dikonfirmasi Tabura Pos via ponselnya, Sabtu (29/10).
HLM berdalih, dirinya menampar korban karena tersulut emosi atas makian, padahal setiap masalah bisa disampaikan dan dikoordinasikan dengan baik, tetapi tidak dengan cara-cara begitu.
Pada kesempatan itu, ia juga menampik tuduhan korban di dalam laporan polisi bahwa saat itu dirinya dalam pengaruh minuman keras (miras). “Saya tidak miras. Dia yang menuduh saya waktu itu miras, itu tidak benar,” tepis Kepala Dispora.
Soal laporan polisi yang dilayangkan korban, ia mengaku akan menyesuaikan dan sedang menunggu panggilan. Sejak LP itu dibuat, dirinya sudah beberapa kali menghubungi pihak kepolisian untuk menanyakan LP tersebut, tetapi belum ada respon. [HEN/AND-R1]